GORONTALO, KOMPAS.com – Tidak terkontrolnya jumlah populasi ikan sapu-sapu (Hypostamus plecostomus) di Danau Limboto dikeluhkan nelayan.
Mereka menganggap tokek, sebutan untuk ikan sapu-sapu, telah menjadi hama dan menyusahkan mereka dalam mencari ikan.
“Setiap menebar jaring yang selalu tersangkut ikan sapu-sapu. Sementara ikan mujair atau nila belum tentu didapat,” kata Yamin (49), seorang nelayan di Telaga Jaya, kabupaten Gorontalo, Selasa (17/10/2017).
Ketika tertangkap nelayan, ikan ini langsung dibunuh dengan cara dipukulkan ke batu atau ke perahu lalu bangkainya dilemparkan ke darat. Jika para nelayan mendapatkan di tengah danau, ikan-ikan ini akan dibawa ke darat untuk dibuang.
Baca juga: Ikan Sapu-sapu dari Megawati
Menanggapi banyaknya ikan pendatang di danau Limboto ini, Hasim toha Busro, Pengajar Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Negeri Gorontalo mengatakan, ikan sapu-sapu merupakan bioindikator air yang kualitasnya di bawah standar.
“Melimpahnya ikan ini mengkonfirmasi bahwa status eutrofik danau sudah tinggi. Bahan limbah organik dan nonorganik yang melimpah memacu ketersediaan pakan alami,” kata Hasim.
Bahkan menurut Hasim, ikan ini memiliki alat bantu pernafasan selain insang. Hal ini membantunya mampu bertahan hidup dalam kondisi yang terbatas.
Tidak ada upaya dari berbagai pihak yang dilakukan untuk mengurangi ledakan populasi ikan sapu-sapu di Danau Limboto, nelayan berjuang sendiri memusnahkan ikan ini.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.