Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musim Hujan, Petani Garam Beralih ke Jagung

Kompas.com - 13/10/2017, 18:45 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Rencana pemerintah DIY untuk menjadikan Pantai Sepanjang Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul, sebagai sentra pembuatan garam belum bisa maksimal. Sebab, sejak turun hujan beberapa hari terakhir produksi garam pun berhenti.

"Sebelum hujan masih beroperasi, tetapi sekarang setelah hujan berhenti. Terpalnya digulung, lahannya ditanami jagung," ujar Ketua Kelompok Petani Garam Sepanjang Lestari, Priyo Subyo saat dihubungi Jumat (13/10/2017).

Produksi garam tradisional, sambung dia, tergantung pada terik matahari, sehingga praktis berhenti saat musim penghujan. Apalagi tak ada atap untuk memproduksi garam.

Priyo mengaku, selama ini baru percobaan. Peralatannya pun belum memadai. "Jika ada peralatan kami yakin bisa membuat garam dengan kualitas bagus," ucapnya.

(Baca juga: Melihat Produksi Garam di Pesisir DIY)

Selama percobaan lalu, pihaknya menggunakan terpal selebar 4x6 meter persegi. Dengan fasilitas seadanya, ia bersama 20 warga lainnya mampu menghasilkan 30-40 kilogram garam. Sementara harga jual garam sebesar Rp 5.000 per kg.

"Sebenarnya cukup bagus harganya," imbuhnya.

Misalnya, harga garam di Pasar Argosari, Wonosari, harga garam jenis grosok atau yang biasa untuk campuran pakan ternak naik dari Rp 68.000 menjadi Rp 70.000 per 20 kg.  

Untuk garam beriodium atau garam konsumsi yang biasanya dijual Rp 6.000 per pack, naik menjadi Rp 7.000 per pack. "Naik sejak hujan sepekan terakhir. mungkin panen garamnya berkurang karena hujan," ucap salah seorang pedagang sembako Dwi.

Harga tersebut jauh berkurang dibanding beberapa waktu lalu saat garam sempat langka. Waktu itu, harga garam gosok Rp 100.000 per 20 kg, sedangkan garam beriodium Rp 10.000 per pack. 

Kompas TV Salah satu yang jadi andalan adalah menu tempoyak ikan dan brengkes
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com