Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puluhan Warga di Gunungkidul Hidup dalam Pasungan

Kompas.com - 11/10/2017, 14:22 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Hinggi kini, kasus orang yang dipasung di Kabupaten Gunungkidul masih tinggi.

Dari catatan Dinas Sosial setempat, terdapat 46 orang dipasung. Dari jumlah itu, 4 orang di antaranyanya sudah dievakuasi. Melalui hari kesehatan jiwa sedunia, keluarga dan masyarakat diajak lebih peduli pada orang dengan gangguan Jiwa (ODGJ).

Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial, Irvan Ratnadi menyampaikan, usia ODGJ di wilayahnya berkisar 16 hingga 65 tahun. Dari rentang usia tersebut, ODGJ didominasi usia produktif.

"Sebagian besar merupakan usia produktif dengan rata-rata usia 25 hingga 40 tahun,"kata Irvan dikantornya Rabu (11/10/2017). 

(Baca juga: Bakar Sekolah dan Rumah Warga, Pria Ini Terpaksa Dipasung)

Sebagian besar pemasungan, menggunakan rantai ataupun alat tertentu. Ada juga yang dikurung dalam kamar tertutup. Segala aktivitas mulai dari makan hingga buang air di tempat tersebut.  Pemasungan dilakukan agar ODGJ tidak meninggalkan rumah.

Irvan mengaku, tak mudah untuk mengevakuasi orang yang dipasung. Sebab, dari beberapa kasus pemasungan, keluarga tidak menghendaki untuk dipisahkan.

Ia mencontohkan di kecamatan Semin. Ketika petugas Dinas Sosial Gunungkidul dan tim anti pasung DIY mendatangi lokasi pasung yang tidak terawat, keluarga tidak memperbolehkan petugas membawa penderita ODGJ ke RS Grasia, di Sleman.

"Keluarga menolak untuk dibawa. Padahal kita mau membantu agar lebih baik dan semuanya gratis. Bahkan jika tidak memiliki BPJS akan kita bantu," tuturnya.

Sebenarnya, upaya pemerintah untuk membantu ODGJ sering dilakukan. Mereka diberikan pelatihan dari Balai rehabilitasi di Kalasan, Sleman. Beberapa orang yang sudah ditangani mampu bekerja kembali. 

Pihaknya pun sudah mengupayakan agar obat yang dibutuhkan ada di setiap Puskesmas sehingga memudahkan keluarga untuk mengambilnya. "Sekarang puskesmas sudah ada obat. Yang disosialisasikan keluarganya, jangan sampai telat. Kita menyediakan gratis," ucapnya.

Peduli ODGJ

Psikiater Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari Ida Rochmawati menilai sebagian besar kasus pemasungan yang ditemukan sekarang merupakan repasung atau bukan pemasungan pertama.

Pada umumnya, mereka sudah pernah mengakses layanan kesehatan jiwa namun tidak berkelanjutan sehingga terjadi pemasungan kembali. "Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan jiwa masih rendah," katanya.

Selain itu, faktor jarak yang jauh dari pusat kesehatan menyebabkan masyarakat sulit mengakses pelayanan kesehatan. Padahal DIY memiliki Peraturan Gubernur No 31 Tahun 2014 tentang Pemasungan.

"Sebenarnya yang terpenting itu bagaimana penanganan pasca pasung. Bagaimana mereka bisa mendapatkan akses kesehatan

(Baca juga: Gangguan Jiwa, Mantan Pegawai Pos Dipasung di Gubuk Selama 20 Tahun)

Sementara dari salah seorang anggota Yayasan Inti Mata Jiwa, Sigit Wage Daksinarga mengatakan, penanganan ODGJ di Gunungkidul cukup sulit. Sebagian dari 2.000 ODGJ tidak bisa mengakses kesehatan.

"Mereka tidak punya e-KTP sehingga tak memiliki jaminan kesehatan," ujarnya. 

Apalagi obat yang dikonsumsi jika dibeli, harganya Rp 300.000 per bulan. Dengan kondisi ini, tidak mengherankan jika masih ada pemasungan.

"Pemerintah harus memberikan kemudahan akses kesehatan bagi ODGJ. Masyarakat juga harus lebih peduli dan perhatian," pungkasnya. 

Kompas TV Perempuan ini dan pacarnya dinyatakan hilang sejak akhir Agustus 2016 lalu dan baru ditemukan pada awal November.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com