Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ganjar: Aksi Bela Rohingya Jangan Sampai Bawa Isu Islam-Buddha

Kompas.com - 07/09/2017, 07:20 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, aksi bela Rohingya akan lebih baik jika dilakukan dengan aksi nyata, seperti mengirim bantuan langsung ke Myanmar atau upaya diplomasi kepada pemerintah setempat.

"Aksinya mungkin bisa dilakukan dengan lebih konkret. Apa yang dibutuhkan masyarakat sana (Rohingya), apakah pakaian, obat-obatan, makanan, kemudian kita kirim kesana," kata Ganjar, di Magelang, Rabu (6/9/2017) sore.

Namun demikian, dia tidak melarang aksi solidaritas seperti yang akan dilakukan ratusan organisasi masyarakat (ormas) di Masjid An-Nur Sawitan Kabupaten Magelang, Jumat (8/9/2017) mendatang. Hanya saja Ganjar meminta aksi berlangsung tertib tanpa kekerasan, apalagi sampai membawa isu Islam-Buddha di Indonesia.

"Karena prinsipnya kita sendiri juga mengecam apa yang terjadi atas warga Rohingya. Kita tidak mau ini akan dibawa pada isu Islam-Buddha di Indonesia, jangan sampai membawa isu yang menyakiti saudara kita di Tanah Air," ucapnya.

Baca juga: Pengungsi Rohingya Mengaku Senang Tinggal di Indonesia

Orang nomor satu di Jawa Tengah itu mengutarakan bahwa diplomasi menjadi langkah tepat untuk ikut mengatasi krisis Rohingya. Langkah tersebut sudah dilakukan oleh Presiden Jokowi yang kemudian mengutus Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ke Myamnar dan Banglades.

"Pemerintah sudah kirim menteri luar negeri ke Myanmar, membangun fasilitas ke sana, bertemu dengan Banglades, Kofi Anan, dan tokoh-tokoh lain. Kalau umpama ada yang kurang, sampaikan, apa yang bisa dilakukan," tuturnya.

Ganjar menyampaikan, sebetulnya Indonesia bisa menunjukkan kepada Myanmar bahwa Indonesia memiliki persepsi berbeda dengan mereka. Hal itu bisa dilakukan dengan mengirim Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) ke negara tersebut.

"Biar FKUB bicara disana (Myanmar), ini loh persepsi Indonesia terkait Rohingya seperti ini. Meskipun persepsi kasus ini berbeda, Myanmar mungkin anggap kasus ini karena status kewarganegaraan," ujar dia.

Baca juga:  Jangan Lihat Isu Rohingya sebagai Konflik antara Islam dan Buddha

Ganjar menilai, nuansa politik yang bisa terjadi jika Myanmar tidak tegas dalam mengambil tindakan atau menghentikan kekerasan atas warga Rohingya adalah berupa pemutusan hubungan diplomatik.

"Itu yang saya kira akan muncul. Jadi seandainya masyarakat ada pikiran untuk berikan tindakan lebih tegas, itu saja yang disampaikan," ucapnya.

Seperti diberitakan, sejumlah organisasi masyarakat (ormas) berencana akan menggelar aksi Bela Rohingya di Masjid An Nuur, Sawitan, Kabupaten Magelang, Jumat (8/9/2017).

Aksi semula akan digelar di kawasan Candi Borobudur. Namun dengan berbagai pertimbanga, aksi dipindah ke Masjid yang letaknnya sekitar 1.5 kilometer dari komplek Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB). Aksi orasi diganti menjadi gerakan sholat Jumat, doa bersama, dan penggalangan donasi. 

Kompas TV Nasib buruk yang dialami warga Rohingya akibat perlakuan kejam tentara Myanmar terus menjadi perhatian dunia. Kali ini perhatian datang dari pemimpin tertinggi gereja Katolik, Paus Fransiskus. Kritik keras disuarakan Paus Fransiskus terhadap pemerintah Myanmar, pada Rabu (8/2) waktu Vatikan dalam sebuah pertemuan dengan umatnya. Kritik dilontarkan setelah PBB menyatakan terjadi pembunuhan massal, pemerkosaan, dan pembakaran rumah warga di kawasan utara Myanmar, tempat warga Rohingya bermukim.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com