Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Desa Ini, Selokan Sampah "Disulap" Jadi Berair Jenih dan Penuh Ikan

Kompas.com - 04/09/2017, 11:41 WIB
Kontributor Surakarta, Michael Hangga Wismabrata

Penulis

KARANGANYAR, KOMPAS.com - Berawal dari kegelisahan Bambang Agus dan para pemuda kampung Tugu Boto Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah yang melihat saluran air penuh sampah. Mereka bergerak untuk membersihkan saluran air yang penuh sampah itu dan menanaminya dengan ikan.

Kini saluran air sepanjang kurang lebih 600 meter di Desa Klodran, RT 4/ RW 10, Karanganyar, Jawa Tengah tersebut menjadi berkah bagi warga sekitar. Selain indah dipandang mata, saluran air tersebut juga memberi rezeki bagi warga. 

Ditemui di rumahnya, Bambang Agus (40) menceritakan awal muasal saluran irigasi berisi ribuan ikan nila tersebut. Sekitar tahun 2008, saluran air untuk persawahan di wilayah Klodran dan sekitarnya seperti tempat sampah.

"Dulu selokan depan rumah ini banyak sampah, terutama plastik. Lalu pendangkalannya juga parah serta baunya minta ampun. Kemudian sekitar tahun 2008, warga khususnya pemuda di sini inisiatif untuk membersihkan selokan lalu disebar bibit ikan. Dulu sempat diprotes petani petani karena dianggap menghambat saluran air untuk sawah, tapi setelah duduk bersama, akhirnya bisa selesai dengan damai," kata Bambang, Minggu (3/9/2017).

Baca juga: Yuk Pelihara Ikan Koi di Selokan Depan Rumah

Dia menyebutkan,  awalnya warga hanya asal saja memberi bibit ikan, karena tujuannya hanya agar selokan bersih saja. Namun, setelah itu warga memilih untuk khusus menebar bibit ikan nila.

Pengelolaannya juga sudah ditata dengan membentuk kelompok peternak ikan agar kegiatan tersebut bisa memberikan pendapatan kepada warga.

"Setelah dilihat ada potensi mendapatkan rezeki, kita tata dengan baik dan juga konsultasi dengan penyuluh perikanan dari kelurahan. Lalu kita pilih ikan nila karena baik dipelihara di kondisi air mengalir," kata Bambang yang dulunya pedagang asongan, Minggu (3/8/2017).

Saat ini kolam ikan nila di saluran irigasi sudah sepanjang kuran lebih 600 meter dan dikelola oleh kurang lebih 20 anggota paguyuban peternak ikan di Kampung Klodran atai sering dikenal Kampung Tugu Boto tersebut.

Warga sedang panen ikan nila di saluran irigasi di Klodran, Karanganyar, Jawa Tengah, Minggu (3/8/2017).KOMPAS.com/ M Wismabrata Warga sedang panen ikan nila di saluran irigasi di Klodran, Karanganyar, Jawa Tengah, Minggu (3/8/2017).
"Bulan kemarin kita tebar 3.500 bibit ikan, dan habis 25 zak pakan. Kita bisa panen 5 kuintal dan harga jualnya per kilogram mencapai Rp 24.000. Kita sudah ada divisi pemasaran dan saat ini kita kerepotan melayani permintaan dari wilayah Solo Raya," kata Ketua Paguyuban Peternak Ikan Tugu Boto ini.

Sementara itu, pihak pemerintahan setempat mendukung adanya inisiatif warga yang mengelola ikan di lahan saluran air irigasi tersebut. Jarot, Sekretaris Desa Klodran, menyebutkan, pihaknya mendukung kegiatan yang berawalnya dari pembersihan sampah yang berada di saluran air. Selain menyebabkan banjir, juga sumber polusi.

"Kita dukung dan senang adanya inisiatif warga ini, dan kita akan dampingi agar bisa lebih maksimal," kata Jarot pada hari Minggu (3/9/2017).

Saluran irigasi yang dulunya penuh sampah itu, kini menjadi tempat rekreasi favorit warga. Setiap sore mulai anak-anak hingga orang dewasa berkumpul di tempat itu. Selain menghirup udara sejuk, mereka juga menikmati pemandangan ribuan ikan nila yang berenang di jernihnya air selokan itu.

Baca juga: Susi: Ngapain Bikin KTP untuk Ikan, Selesaikan Saja Dulu E-KTP

Kompas TV Ternyata di Indonesia juga ada selokan jernih yang dapat dihuni oleh ikan hias. Selokan jernih ini terletak di desa Pluneng, Klaten , Jawa Tengah. Selokan ini dibuat oleh Joko Sucipto seorang pensiunan pegawai salah satu bank swasta di Klaten.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com