Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ngalap Berkah, Ratusan Warga Serbu 7 Gunungan Hasil Bumi

Kompas.com - 19/08/2017, 21:56 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho

Penulis

GROBOGAN, KOMPAS.com - Ratusan warga Desa Mlilir, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, rela berdesak-desakan berebut gunungan dalam tradisi apitan yang digelar di kampung halamannya, Sabtu (19/8/2017) siang.

Dalam tradisi budaya tahunan itu, warga mengarak tujuh gunungan berupa hasil bumi sejauh kurang lebih tujuh kilometer berkeliling desa.

Baca juga: Kirab Gunungan Ajarkan Warga Hormati Sejarah dan Perbedaan

Sebelumnya, gunungan setinggi dua meter tersebut didoakan oleh seorang kiai di balai desa setempat. Meski cuaca cukup menyengat kulit, namun hal itu tak menyurutkan niat masyarakat untuk menyaksikan tradisi budaya tersebut.

Tradisi ini semakin meriah akibat bertepatan dengan momen Hari Kemerdekaan ke-72 RI. Beberapa kesenian daerah turut ditampilkan dalam arak-arakan seperti barongsai dan barongan.

Sejak pagi, masyarakat telah berkerumun di beberapa titik lokasi yang menjadi rute arak-arakan gunungan.

Selesai diarak, gunungan kemudian diletakkan di halaman rumah kepala desa (kades). Tanpa basa-basi tujuh gunungan itu langsung diserbu oleh ratusan warga baik bocah, pemuda maupun orangtua.

Warga rupanya ingin ngalap berkah dengan berupaya mendapatkan isi gunungan yang merupakan hasil pertanian warga Desa Mlilir. Hanya dalam hitungan menit, isi gunungan ludes tak bersisa.

Uniknya, sejumlah warga ada yang terlihat memunguti sisa isi gunungan yang telah tercecer di tanah.

"Saya sudah menunggu sejak pukul enam pagi. Saya punguti yang jatuh di tanah karena tak dapat langsung dari gunungan. Saya dapatkan sisa-sisa kacang panjang. Rencananya mau saya oseng-oseng untuk dimakan. Semoga berkah karena sudah didoakan," kata warga Desa Mlilir, Siti Nurhayati (46).

Baca juga: Kenang Ratu Kalinyamat, Ratusan Warga Berebut Gunungan Jembul Tulakan

Kepala Desa Mlilir, Sugeng Riyadi, menjelaskan, tradisi mengarak gunungan hasil bumi sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam. Langkah itu sebagai perwujudan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas melimpahnya hasil pertanian selama ini.

"Mayoritas warga bekerja sebagai petani. Alhamdulilah hasil panen pertanian selalu melimpah meski sempat terendam banjir. Tradisi ini turun temurun dari leluhur kami yang juga petani sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas berhasilnya sektor pertanian," pungkasnya.

Kompas TV Upacara Digelar di Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com