Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kandungan Garam Desa Jono Baik untuk Otak dan Jantung

Kompas.com - 18/08/2017, 19:15 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho

Penulis

GROBOGAN, KOMPAS.com - Kontroversi kualitas garam yang diproduksi petani garam Desa Jono, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah masih berlangsung.

Satu pihak menyatakan garam Desa Jono tidak beryodium sehingga belum patut untuk dijadikan bahan dasar pelengkap makanan. Pihak lainnya mengklaim garam Desa Jono sangat berkualitas dan layak dikonsumsi.

Sekretaris Dinas Kesehatan Grobogan, Slamet Widodo mengatakan, garam Desa Jono tak mengandung zat asam iodium (HI). Karena tak beryodium, dari segi kualitas, garam Jono dinilainya tidak layak untuk dikonsumsi publik.

"Kami sudah melakukan uji lab dan hasilnya garam Jono itu tak beryodium sehingga tak layak konsumsi," kata Slamet.

(Baca juga: Pengunggah dan Penyebar Video Garam Beling Dilaporkan ke Polisi)

 

Menurut Slamet, garam yang memadai untuk dikonsumsi harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Dengan kata lain, garam tersebut minimal mengantongi kadar iodium sebesar 30-80 PPM.

"Di garam Jono kami temukan kandungan iodium 0 persen. Garam beryodium berpengaruh baik pada kesehatan keluarga, terutama untuk tumbuh kembang otak," ucap Slamet.

Karena itu, Dinkes Grobogan mensosialisasikan pentingnya manfaat kandungan iodium dalam garam kepada petani garam Desa Jono. Pihaknya mendorong petani garam memberikan campuran iodium pada garam yang diproduksi (iodisasi).

"Kami sudah bertahun lalu sosialisasikan dan mengajarkan teknis pencampuran iodium," tutur Slamet.

Sementara itu, dosen Pendidikan Tata Boga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (Unnes), Bambang Sugeng Suryatna mengatakan, garam Desa Jono jauh lebih kaya kandungan mineralnya dibanding garam laut.

(Baca juga: BPOM Surabaya Sebut Video Garam Campur Beling di Media Sosial Hoaks)

 

Kadar Fe, Cu, Zn, Mn, F, NaCl, K, dan S lebih tinggi dari garam laut. Meski minim kandungan iodium (HI) yakni 2,01 PPM, garam Desa Jono sangat layak dikonsumsi.

"Saya meneliti aspek biokimia berbagai jenis garam dan kebijakan pemerintah tentang garam. Penelitian dan uji lab kami pada garam Desa Jono mencatat kandungan mineralnya lebih kaya dan beraneka ragam ketimbang garam laut," ujarnya.

"Kandungan ini sangat baik untuk mencerdaskan otak dan baik untuk tulang, gigi, dan jantung. Garam Jono sangat layak konsumsi," tambahnya.

Bambang mengaku pernah mengusulkan revisi Perda Kabupaten Grobogan Nomor 5 Tahun 2008. Salah satu poin dalam perda tersebut mengharuskan garam Jono diiodisasi, jika tidak dilarang diedarkan.

Kini garam Jono sudah diperbolehkan beredar meski diutamakan supaya diiodisasi. "Keunggulan garam Desa Jono terletak pada kandungan mineral  mikro dan makro yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh," ucapnya.

"Garam jono berbeda dan tidak bisa diiodisasi tidak seperti garam air laut. Karena garam Jono kaya akan mineral, sehingga berbahaya jika diiodisasi yang berujung menjadi racun," ungkapnya.

Kepala Desa Jono, Eka Winarna menjelaskan, garam Desa Jono sudah dikonsumsi warga Grobogan maupun kabupaten lain sejak ratusan silam. Selama itu, belum pernah ada yang mengeluhkan dampak buruk yang ditimbulkan.

Setiap kali panen (10 hari), satu pelaku usaha garam Desa Jono bisa menghasilkan sekitar 60-80 kg kristal garam.

"Kami bahkan kewalahan melayani pelanggan, terlebih sejak jumlah petani garam berkurang. Bayangkan saja, dulu pelaku usaha garam jumlahnya ratusan, sekarang hanya tersisa 50 pelaku usaha garam," tutupnya. 

Kompas TV Rencana pemerintah pusat mengimpor garam dari luar negeri mendapatkan protes dari para petani garam di Surabaya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com