Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Masih Sanksi Yoki Terlibat Serangan di Marawi

Kompas.com - 01/06/2017, 15:45 WIB
Iqbal Fahmi

Penulis

BANJARNEGARA, KOMPAS.com - Yoki Pratama Windyaryo (21) ditetapkan sebagai buronan kepolisian Filipina. Yoki disebut tergabung dengan kelompok militan dan terlibat dalam serangan bersenjata di Marawi, Filipina.

Namun keluarga Yoki meragukan rilis kepolisian Filipina itu. Ibunda Yoki, Eni (49), tak percaya anaknya tergabung dengan kelompok bersenjata yang menyerang Marawi. 

Menurut Eni, Yoki merupakan pemuda cerdas dan kritis, apalagi menyangkut radikalisme dan terorisme. 

Ketika ditemui Kompas.com di rumahnya, di Desa Klampok, Kecamatan Purworejo Klampok, Banjarnegara, Eni menceritakan, anaknya merupakan alumnus Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug, Tangerang.

Yoki lulus dari sekolah semi kedinasan tersebut pada 8 September 2016.

Selang tiga bulan, tepatnya 26 Desember 2016, anak sulung dari dua bersaudara ini diterima bekerja di PT GMF AeroAsia.

PT GMF merupakan anak perusahaan dari PT Garuda Indonesia, yang bergerak dalam bidang pemeliharaan dan Perbaikan Organisasi (MRO) bisnis.

Dua bulan Yoki bekerja di perusahaan pelat merah itu. Lalu, pada 27 Februari 2017, dia hilang kontak sama sekali dengan keluarga dan teman-temannya.

(Baca: Polisi Pastikan Satu Pelaku Penyerangan di Marawi Adalah Warga Banjarnegara)

Bahkan Eni menyebut, Yoki meninggalkan semua grup percakapan keluarga di aplikasi Whatsapp sejak saat itu.

"Saya terakhir ketemu pertengahan Februari, dia (Yoki) sakit cacar dan dirawat di rumah pak dhe di Bekasi. Pada waktu kami tengok, tidak ada perubahan perilaku, cuma rambutnya saja yang sedikit panjang," katanya.

Sejak hilang kontak, orang tua Yoki sudah berupaya melaporkan ke pihak kepolisian.

Namun demikian, keluarga tak pernah mendapat kabar hingga muncul pemberitaan jika Yoki menjadi DPO di Filipina karena diduga terkait dengan kelompok Maute yang menyerbu Kota Marawi, Filipina Selatan.

"Saya justru lega ketika muncul berita soal anak saya, jadi saya tahu keberadaan anak saya," kata dia.

Eni berharap, pemerintah bisa membawa pulang anaknya dari Filipina, dan melakukan pemeriksaan di Indonesia.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com