BOGOR, KOMPAS.com - Majelis Intelektual dan Ulama Muda dari negara-negara Association of Southeast Nations (Asean) dan Timur Tengah menggelar Muktamar Penanggulangan Radikalisme, Fanatisme, dan Terorisme, di Hotel Rancamaya, Bogor, Jawa Barat, Jumat (7/4/2017).
Acara tersebut turut dihadiri oleh sejumlah ulama muda dari negara-negara Asean dan Timur Tengah, pakar dari Uni Eropa, serta Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan.
Baca juga: Meluncur dari Solo, Gerakan Mengaji Bareng di Kampus untuk Tekan Radikalisme
Dalam kesempatan itu, Ketua Penyelenggara Konferensi Persatuan Umat, Yusuf Utsman Baisa mengatakan, konferensi ini bertujuan menyerukan persatuan untuk melawan pemikiran ekstremisme dan radikalisme.
Yusuf juga menekankan pentingnya posisi ahli sunnah wal jamaah dalam menghadapi pemikiran yang cenderung mengarah ke radikalisme kepalsuan berdakwah.
"Garis besar dari konferensi ini untuk melawan mereka yang mendukung pemikiran ekstremisme dan radikalisme. Salah satunya dengan mengajak para ulama baik dari Asean maupun Timur Tengah untuk memberantas pemikiran tersebut melalui cara-cara legal," ucap Yusuf.
Yusuf menambahkan, aksi terorisme, radikalisme, dan fanatisme yang terjadi di sejumlah negara di dunia bukanlah ajaran Islam. Dirinya menyebut, aksi itu adalah kebodohan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak memahami Islam secara benar.
Baca juga: Menteri Nasir: Kampus Harus Dibentengi dari Radikalisme dengan Gerakan Mengaji
Lebih lanjut ia berharap konflik yang terjadi di negara Timur Tengah, seperti di Palestina, dapat segera terselesaikan. Sebab, menurut dia, konferensi ini masih tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengatasi kondisi di sana.
"Yang bisa berbuat banyak itu PBB. Kita hanya bisa menyuarakan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di Palestina, Suriah. Kita harapkan, lembaga besar seperti PBB bisa berbuat banyak," kata dia.