Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beralih Tanam Kangkung, Petani Beroleh Banyak Untung

Kompas.com - 24/01/2017, 14:23 WIB
Hamzah Arfah

Penulis

GRESIK, KOMPAS.com – Jika selama ini banyak petani beranggapan bahwa kangkung bukanlah tanaman menguntungkan karena harga pasarnya saat ini, tidak demikian dengan dengan yang dirasakan warga Desa Karangsemanding, Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Justru setelah mereka beralih membudidayakan kangkung, keuntungan mereka berubah 180 derajat. Maka mereka pun meninggalkan budidaya kedelai di sela-sela musim tanam padi di sawah.

Awalnya, para petani di desa tersebut sempat menggeluti budidaya kedelai selepas panen padi.

Namun, setelah mendapat pembinaan dan pengarahan dari PT East West Seed Indonesia dari Purwakarta, mereka memutuskan beralih menanam kangkung sejak 1995.

"Bukan sembarang kangkung, melainkan varietas KK-03 dan KK-09. Karena, memang yang mahal dan dibutuhkan produsen itu biji kangkung, yang berasal dari dua varietas tersebut," kata Mustakim (65), salah satu petani kangkung di Desa Karangsemanding, Selasa (24/1/2017).

Dibanding varietas KK-03, kata Mustakim, biji kangkung KK-09 sebenarnya lebih mahal. Akan tetapi, pembudidayaan KK-09 sedikit lebih rumit karena tidak tahan panas dan tidak tahan perubahan cuaca ekstrem dibandingkan KK-03.

Petani mendapatkan bibit kangkung dari kedua varietas itu dari PT East West Seed Indonesia. Perusahaan itu juga menampung hasil panen petani desa tersebut.

"Untuk biji kangkung varietas KK-03 itu biasa mereka hargai Rp 11.000 per kilogram, sedangkan KK-09 seharga Rp 12.000 per kilogram," kata dia.

Hamzah Mustakim saat memamerkan biji kangkung dari hasil yang ditanam di sawah miliknya.
Bandingkan dengan hasil panen kedelai sebesar Rp 2.000 sampai Rp 3.000 per kilogram. Itu pun harus dijual sendiri di pasar karena tidak ada yang datang langsung membeli atau bersedia menampung.

Selain biji kangkung, petani juga memanen batang dan daun kangkung untuk dikeringkan menjadi bahan pakan ternak. Harganya Rp 1.500 per kilogram.

Kondisi ini membuat para petani di Desa Karangsemanding memperoleh untung besar ketimbang menanam kedelai.

Mustakim menyatakan, dalam satu hektar sawah, biasanya mereka memerlukan tidak lebih dari 6 kilogram bibit kangkung untuk ditanam. Adapun hasilnya rata-rata berkisar 2 ton.

"Dengan harga jual Rp 11.000 per kilogram, misalnya, maka untuk per hektar sawah yang ditanami kangkung membuat kami mendapat uang sekitar Rp 11 juta," ujar Mustakim.

Petani lain di desa tersebut, Ahyat (43), menyatakan bahwa seumpama cuaca mendukung, ia ingin terus menanam kangkung tanpa harus menanam padi. Alasannya karena keuntungan besar yang bakal didapatkan.

"Tapi tidak bisa karena saat hujan turun terlalu banyak, kangkung juga mati. Maka dari itu, biasanya kami tanam kangkung ini selepas padi, lebih-lebih saat pancaroba dan musim kemarau," kata Ahyat.

Para petani itu mengatakan, biji kangkung yang mereka hasilkan itu tersebut diekspor oleh perusahaan penampung ke beberapa negara mulai dari Thailand, Filipina, India, hingga Jepang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com