Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bandara Makassar seperti Pasar Tradisional, Ini Tanggapan AP 1

Kompas.com - 20/01/2017, 13:08 WIB
Hendra Cipto

Penulis

MAKASSAR, KOMPAS.com - Kesemrawutan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin akibat tidak tertibnya sopir rental dan taksi yang berteriak-teriak dan menarik-narik pengunjung laiknya pasar tradisional, membuat PT Angkasa Pura (AP) 1 Makassar akhirnya angkat bicara.

Humas PT AP 1 Makassar Turah Aji mengatakan, keterlibatan dalam bidang transportasi umum seperti rental mobil dan mobil taksi melibatkan banyak pihak. Sehingga, pihak PT AP 1 Makassar kesulitan mengatasi permasalahan tersebut.

"Bandara memang mencerminkan daerahnya, semoga ke depannya lebih baik. Soal sopir rental dan taksi, banyak sekali yang terlibat di dalamnya. Kalau PT AP 1 sendiri yang berusaha, tidak akan bisa mengatasi masalah itu. Jujur, kami juga agak kesusahan mau menertibkan supaya berstandar tinggi. Nanti kami di demo lagi," katanya.

Turah mengungkapkan, untuk standar minimal saja untuk pengoperasian rental dan taksi di bandara banyak yang tidak lulus uji.

"Untuk standar minimal saja, banyak operator yang enggak lolos kalau kami tegas. Nanti banyak yang protes, alasan isi perutlah. Dikatakanlah kami tidak pro rakyat. Pokoknya, kami tingkatkan sedikit standar, mereka protes," bebernya.

Turah mengaku, PT AP 1 Makassar sudah berkali-kali meminta operator untuk meningkatkan pelayanannya untuk kebaikan semua. Jika pelayanan sudah baik, tidak perlu teriak-teriak memanggil. Penumpang akan datang dengan sendirinya.

"Kami berharap, seluruh mitra kami bahagia berusaha di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar. Kami pasti akan membina mereka. Kami juga berharap ada masukan untuk mengatasi masalah ini, agar bandara di Makassar lebih baik," tandasnya.

Sebelumnya telah diberitakan, Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar yang bertaraf internasional kini kondisinya memprihatinkan. Pasalnya, suasa di bandara tersebut seperti pasar tradisional yang disesaki oleh sopir-sopir rental, taksi maupun tukang ojek yang teriak-teriak mencari penumpang.

Bahkan, dari pantauan Kompas.com, Kamis (19/1/2017) malam, pengunjung yang keluar terminal langsung diperebutkan oleh para sopir yang hanya mengenakan pakaian biasa. Para sopir ini pun tidak mengenakan seragam dan tanda pengenal dari perusahaan jasa transportasinya.

Mereka memperebutkan penumpang yang langsung menarik tas maupun troli. Hal itu membuat penumpang terlihat marah kepada para sopir.

Jumlah sopir yang berebut penumpang di terminal kedatangan bukan sedikit, tetapi mencapai puluhan orang. Jika melihat ada orang yang turun dari terminal ke datang, para sopir ini berteriak. "Woi...woi...woi... taksi," teriak lantang para sopir-sopir.

Tentunya, teriakan-teriakan ini di bandara membuat gaduh situasi seperti pasar tradisional yang menjajakan dagangannya. Bahkan banyak orang yang kaget dengan teriakan-teriakan sopir.

"Kacau sekali bandara ini. Masa bandara besar seperti ini bertaraf internasional lagi seperti pasar tradisional. Di kampung saya saja, di Banjarmasin tertib, aman, ramah dan santun. Padahal bandaranya di kampung belum taraf internasional," kata Qutnandra, salah seorang warga yang baru tiba di bandara.

Dia menambahkan, dirinya kesal dengan ulah para sopir yang menarik-narik barangnya. "Itu sopir atau bukan. Kayak pelaku kejahatan tarik-tarik saya dan barang bawaan. Apalagi mereka tidak mengenakan seragam atau tanda pengenal. Belum lagi teriak-teriakannya puluhan sopir bikin kaget dan syok. Pokoknya kacau deh ini bandara," tuturnya.

Baca: Masa Bandara Besar Bertaraf Internasional seperti Pasar Tradisional?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com