Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Sampai Toleransi Rusak di Jabar

Kompas.com - 08/12/2016, 16:56 WIB

BANDUNG, KOMPAS — Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan amat menyesalkan pembubaran ibadah Kebaktian Kebangunan Rohani Natal, Selasa (6/12/2016), di Bandung. Dia berharap kejadian tersebut tidak sampai merusak toleransi dan kebinekaan yang sudah terjalin baik selama ini di wilayah Jabar.

"Saya sangat menyesalkan kejadian ini yang seharusnya tidak perlu terjadi jika ada sikap saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Saya berharap semua elemen masyarakat tetap menjaga komitmen untuk menjaga toleransi dan kebinekaan," kata Heryawan di Gedung Pakuan, Bandung, Rabu (7/12/2016).

Dia mengatakan, para pihak terkait seharusnya melakukan antisipasi sejak dini. "Semestinya begitu ada indikasi, pihak-pihak terkait, seperti Majelis Ulama Indonesia Kota Bandung, Polrestabes, Kodim, dan Pemerintah Kota Bandung bersama masyarakat cepat berembuk," ujarnya.

Heryawan menyatakan hal itu terkait dengan pembubaran ibadah KKR Natal yang digelar oleh Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) Bandung di Gedung Sasana Budaya Ganesha Institut Teknologi Bandung (ITB), Selasa. Pembubaran dilakukan oleh sekelompok orang yang menamakan diri Pembela Ahlu Sunnah (PAS) dan Dewan Dakwah Islamiah Indonesia (DDII) Jabar. Alasannya, panitia Natal melanggar prosedur kegiatan ibadah.

Ketua PAS Muhammad Roin Balad mengatakan, pihaknya tidak bermaksud melarang kebebasan beribadah. "Tidak ada pelarangan mengadakan Natal sesuai ajaran agama mereka. Syaratnya, mereka memakai tempat yang semestinya. Natal sebaiknya di gereja," ujarnya, Selasa.

Menurut Roin, hal itu diatur dalam Surat Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006 dan Nomor 8 Tahun 2006.

Salah seorang panitia acara Natal tersebut, Arifin, mengatakan, pihaknya tidak mempermasalahkan ibadah Natal tidak bisa dilanjutkan. "Kami tidak ada masalah. Bubar dengan baik-baik. Tidak ada dendam," ujarnya.

Selasa pukul 20.00, jemaat yang awalnya akan mengikuti ibadah meninggalkan lokasi. Puluhan polisi yang berjaga meninggalkan lokasi pada pukul 22.00.

Dalam rilisnya, Stephen Tong, pendeta yang akan memimpin ibadah KKR Natal, mengatakan, pihaknya telah memenuhi prosedur hukum yang diwajibkan dalam penyelenggaraan KKR Natal tersebut.

Wali Kota Ridwan Kamil dalam akun Facebooknya menyesalkan kejadian itu. "Saya menyesalkan kehadiran dan intimidasi ormas keagamaan yang tidak pada tempatnya dan tidak sesuai dengan peraturan dan semangat Bhinneka Tunggal Ika," katanya.

Untuk ibadah keagamaan yang sifatnya insidentil, kata Ridwan, tak ada masalah menggunakan bangunan publik seperti Gedung Sabuga ITB. (sem/bky/tam)

(Baca juga: Ini Kronologi Penghentian Kebaktian Rohani di Sabuga Bandung)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 8 Desember 2016, di halaman 23 dengan judul "Jangan Sampai Toleransi Rusak di Jabar".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com