Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Dalam Setahun Bisa Beberapa Kali Musim Langka Gas.."

Kompas.com - 25/10/2016, 13:25 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Kelangkaan gas ukuran 3 kilogram kembali terjadi di Kabupaten Semarang. Di sejumlah wilayah seperti di kecamatan Banyubiru, Pringapus, Ungaran Timur, Ungaran Barat dan Bergas. kelangkaan gas melon ini bahkan sudah berlangsung sejak dua bulan terakhir.

"Sebenarnya dalam setahun bisa beberapa kali musim langka gas. Tapi dua bulan ini paling sering," kata Dina Kamalia Muhammad (32) warga Kebonwage, Kebumen, kecamatan Banyubiru kepada Kompas.com, Selasa (25/11/2016) siang.

Akibat kelangkaan itu, Dina harus memutar otak agar urusan dapur tetap lancar. Mulai dari mencari bahan bakar alternatif seperti kayu bakar, hingga memilih membeli lauk-pauk di warung. Tentu saja kondisi ini membuat pengeluarannya membengkak.

"Kalau nyari di lokasi kelurahan sekitar tidak ada, terpaksa bikin pawon dadakan dari batako, cari kayu. Kalau tidak ada kayu, lauk kadang beli mateng di desa. Masak nasinya pakai magic com," sebutnya.

Kerepotan Dina tidak berhenti di situ. Saat ia mengubah pola menu makan keluarganya dengan membeli lauk di warung, ternyata sejumlah warung di desanya juga punya masalah yang sama. Yakni susah mendapatkan gas elpiji 3 kilogram.

"Kalau yang jual matengan juga mulai banyak yang tutup, karena tak punya gas juga, terpaksa nyari gas di desa-desa tetangga yang agak jauh. Jadi sering makan mie instan sama telur, karena lebih cepat matengnya dan irit bahan bakar," ujarnya.

Dina dan suaminya mengaku akhir-akhir ini sering mencari gas hingga ke desa- desa yang lebih jauh lagi. Gas melon ini baginya sesuatu yang sangat vital, apalagi Dina mempunyai seorang anak yang masih berusia balita.

"Kalau semua tidak ada, ya kurangi makan dan kurangi mandiin anak. Kadang anakku mandi dua hari sekali. Sini kan daerah dingin, jadi harus pakai air hangat," ujarnya.

Dina yang mengaku kerap mengikuti pemberitaan mengenai kelangkaan gas elpiji 3 kilogram ini mencurigai ada permainan dari distributor hingga agen yang ujung-ujungnya untuk menaikkan harga gas elpiji.

Pihaknya berharap pemerintah secepatnya melakukan sidak langsung secara merata dari hulu ke hilir. Dengan demikian akan mudah ditemukan pemainnya.

"Katanya produksi gas masih seperti biasa, banyak yang curiga ke distributor sama agen gas emang nimbun buat naikin harga. Kalau lagi langka harga bisa sampai Rp 23.000. Terakhir saya beli Rp 20.000, padahal kan harga jual resmi Rp 15.500," ucapnya.

Kepada Kompas.com, sejumlah warga lainnya juga menginformasikan kelangkaan gas elpiji di wilayahnya.

Aan Nakman, warga desa Sepakung, kecamatan Banyiburu mengungkapkan, sudah dua pekan ini gas ukuran 3 kilogram di desanya langka. Terakhir ia membeli gas melon tersebut seharga Rp 22.000.

Ratih Kurniawati, warga Setinggen, Kelurahan Wujil, Kecamatan Bergas mengaku sudah beberapa tempat dia datangi, namun tak satupun yang mempunyai stok. "Aku sudah muter-muter, sudah 4 warung tak datangi kosong semua," kata Ratih.

Hal yang sama juga disampaikan Vitriana, warga desa Kalisidi, Ungaran Barat. Kemudian Agus Budi di Klepu, Pringapus, Dewi Suzanna di dusun Sipete, Kalongan, Ungaran Timur.

Farid, ibu rumah tangga di dusun Topogunung, desa Kalongan, Ungaran Timur juga mengaku kondisi gas elpiji langka ini sudah berlangsung sejak dua bulan lalu.

"Warung kosong semua, kalau ngisi harus ke pasar Ungaran. Kasihan ibu rumah tangga seperti saya yang tidak bisa naik sepeda motor," ujarnya.

Hingga berita ini diturunkan, belum bisa diperoleh keterangan dari pihak terkait ihwal kelangkaan gas elpiji ukuran tiga kilogram dari sejumlah wilayah di Kabupate Semarang ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com