Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Padepokan Dimas Kanjeng Berstatus Yayasan dan Kantongi SK Kemenkumham

Kompas.com - 06/10/2016, 10:45 WIB
Ahmad Faisol

Penulis

PROBOLINGGO, KOMPAS.com - Dulu, Padepokan Dimas Kanjeng adalah padepokan biasa. Namun sejak 2012, padepokan sudah menjadi yayasan dan memiliki SK Kemenkumham Republik Indonesia. 

Sejak saat itu, padepokan itu resmi menjadi yayasan. Bahkan, SK Kemenkumham itu dipampang dengan jelas melalui papan putih yang dipasang di halaman parkir padepokan, depan sebelah kanan rumah Dimas Kanjeng.

Sejak menjadi yayasan, Padepokan berkembang dan maju. Bangunan dan kompleks padepokan kian luas, megah dan lengkap. Kondisi itu bertahan hingga sekarang, dengan memiliki dua halaman parkir dan satu lapangan.

“Padepokan itu adalah yayasan, dan sudah menjadi lembaga. Itu sejak mengantongi SK Kemenkumham pada 2012 lalu,” ungkap Sekretaris MUI Kabupaten Probolinggo H Yasin.

(Baca juga: Di Balik Menterengnya Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi)

Struktur yayasan padepokan juga terbentuk. Pengasuh Padepokan Dimas Kanjeng dijabat oleh Dimas Kanjeng sendiri. Ketua Yayasan Padepokan dulu dijabat oleh Abdul Gani, yang tewas dibunuh dan Dimas Kanjeng menjadi otak pelakunya.

handout Dimas Kanjeng Taat Pribadi saat prosesi pelantikan sebagai Sri Prabu Rajasa Nagara.
Setelah Gani, Ketua Yayasan Padepokan lalu dijabat oleh Mishal. Setelah Mishal ditangkap karena diduga terlibat kasus pembunuhan, jabatan itu diemban oleh Marwah Daud Ibrahim, pendiri ICMI sekaligus pengurus MUI pusat.

Beberapa waktu lalu, Dimas Kanjeng dilantik dan dikukuhkan menjadi Raja Nusantara, dengan gelar Sri Prabu Rajasa Nagara oleh raja-raja Nusantara.

Kapolres Probolinggo AKBP Arman Asmara menjelaskan, Dimas Kanjeng adalah pimpinan tertinggi, baik di Yayasan maupun Padepokan. Di bawah kanjeng ada sekretaris dan ketua tim keamanan. Di bawahnya ada sembilan sultan. Nah, di bawah sultan itulah terdapat koordinator yang tersebar di berbagai daerah.

“Koordinator tersebar di kota/kabupaten dan provinsi. Koordinator ini yang mencari pengikut. Pengikut ini yang menyetor uang ke padepokan dengan cara membayar mahar,” tutur Arman.

Abdul Gani, lanjutnya, adalah bekas Ketua Yayasan Padepokan, yang tewas dibunuh. Gani yang juga memiliki banyak pengikut diduga dibunuh karena hendak membongkar rahasia padepokan.

“Mayat korban Abdul Gani dibuang di Wonogiri, Jawa Tengah,” ungkapnya.

Kabid Humas Polda Jatim Kombes Argo Yuwono menegaskan, Dimas Kanjeng menjadi otak pembunuhan Abdul Gani. Dimas menyuruh orang untuk menghabisi nyawa Gani karena kedoknya takut terbongkar.

“Gani melapor ke Mabes Polri terkait penipuan dan penggelapan. Gani pernah dimintai keterangan di Mabes polri sebagai saksi. Namun, dia akhirnya dibunuh supaya rahasia Padepokan tidak terbongkar dan Gani tak bisa memberikan keterangan,” tuturnya.

Sekitar 2.000 personel gabungan polisi dan TNI dikerahkan untuk menangkap Dimas Kanjeng, Kamis (22/9/2016).

(Baca juga: Di Balik Menterengnya Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com