Selamat Jalan Medi Botutihe, Tokoh Budaya Gorontalo

GORONTALO, KOMPAS.com – Mantan Wali Kota Gorontalo, Medi Botutihe, meninggal dunia, Minggu (18/9/2016). Kepergiannya menyisakan kenangan indah bagi masyarakatnya, khususnya dalam hal budaya.

Selain dikenal sebagai birokrat, Medi juga dikenal sebagai tokoh adat dan pernah mendapat pulanga (gelar adat) Tauwa lo Lingguwa.

Medi meninggalkan seorang istri, Hadidjah Suratinojo, dan lima orang anak.

(Baca juga Mantan Wali Kota Gorontalo Medi Botutihe Wafat)

Semasa hidupnya, Medi sangat peduli terhadap upaya pelestarian adat dan budaya. Baginya, budaya Gorontalo memiliki falsafah Adati hula-hulaa to Saraa, Saraa hula-hulaa to Quruani atau adat sendikan syariat dan harus hidup dalam masyarakatnya.

"Kami sangat kehilangan Pak Medi, tokoh budaya Gorontalo. Beliau tokoh budaya yang menjadi panutan kami," kata Niar Cahyani Karim, warga Gorontalo, Senin (19/9/2016).

Pada masanya, rumah adat Dulohupa direnovasi kembali dengan bantuan keluarga Gobel. Gedung panggung ini dibangun dengan bahan kayu berkualitas tinggi dan kemegahannya bisa disaksikan hingga kini.

"Pembangunan rumah adat Dulohupa menelan biaya lebih dari Rp 4 miliar," kata Medi ketika itu.

Masjid Raya Baiturrahim sebagai peninggalan raja-raja Gorontalo masa lalu juga dibangun megah dan diresmikan pada masa era Presiden BJ Habibie.

Selain itu, Medi juga pernah menerbitkan buku tata cara pelaksanaan adat istiadat Gorontalo mulai dari bayi dalam kandungan, kelahiran, remaja, pernikahan, hingga meninggal.

Menurut budayawan Renny Billah, Medi adalah Wali Kota Gorontalo terakhir yang menaiki bendi milik raja-raja Gorontalo saat perayaan Walima atau Maulid Nabi Muhammad.

Sebagai birokrat, Medi juga telah berhasil membangun Kota Gorontalo menjadi kota pelabuhan terbesar di kawasan Teluk Tomini. Sebagian distribusi barang perdagangan dilakukan dari pelabuhan Gorontalo ke daerah pesisir teluk terbesar di khatulistiwa ini.

Selamat jalan, Pak Medi Botutihe, Tauwa lo Lingguwa.