Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bupati TTU: Hukuman Cambuk untuk Petani yang Malas Masih Wacana

Kompas.com - 31/08/2016, 13:48 WIB
Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com - Bupati Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, Raymundus Sau Fernandez mengatakan, hukuman cambuk dengan menggunakan rotan asam kepada para petani di wilayahnya masih hanya sebatas wacana.

Pernyataan Raymundus itu disampaikan kepada sejumlah wartawan di kediamannya, Rabu (31/8/2016), terkait pemberitaan beberapa media setempat tentang wacana itu.

Ia mengatakan, hukuman dimaksudkan untuk membangkitkan kesadaran para petani agar lebih rajin bekerja menggarap lahan mereka.

Menurut Raymundus, wacana itu disampaikannya kepada warga saat berbicara dalam sebuah acara di Desa Popnam, Kecamatan Noemuti, Minggu, (28/8/2016).

"Itu memang betul saya sampaikan kepada warga masyarakat, saat saya melakukan kunjungan kerja bersama Kasrem Wira Sakti Kupang. Dalam pertemuan bersama masyarakat itu, saya sampaikan bahwa nanti pada bulan September ini, saya turun periksa kebun warga dan bagaimana kalau yang belum kerja kebun itu kita cambuk pakai rotan asam," kata Raymundus.

Ketika Raymundus meminta respons warga tentang hal tersebut, warga secara beramai-ramai menjawab setuju sambil tertawa.

"Tidak mungkin kita melakukan hukuman cambuk itu. Hukuman cambuk rotan asam untuk petani yang malas masih sebatas hanya wacana," kata dia.

Ia menyatakan, hal itu ia sampaikan untuk menyadarkan petani bahwa apa yang mereka lakukan selama ini keliru.

Ia meminta agar para petani di wilayahnya memiliki kalender kerja bertani yang bagus dengan membagi kegiatan sehingga hasil yang diinginkan bisa tercapai dengan baik.

Imbauan itu ia sampaikan kepada kelompok-kelompok tani sehingga petani bisa mengatasi kendala perubahan iklim dengan persiapan yang baik.

"Walapun ada faktor penghambat lain seperti iklim, tapi kan tidak semua berpengaruh kepada iklim. Paling produksi akan menurun, tapi kecukupan untuk rumah tangganya tetap akan terpenuhi," ujarnya.

Untuk melakukan perubahan itu, lanjutnya, kadang harus dipaksa. Cara memaksa para petani ini dengan kata-kata, sikap, atau bahkan hukuman. Yang ia sampaikan hanya sebatas kata-kata.

Ia menyatakan telah melakukan segala cara untuk membangkitkan semangat para petani dalam menggarap lahan mereka. Namun, tidak gampang mengubah pola pikir para petani, sehingga ia pun mencari format yang tepat untuk diterapkan.

Raymundus menjelaskan, di wilayahnya telah ada program Padat Karya Pangan dalam enam tahun terakhir. Program itu perlu ditingkatkan melalui kerja keras para petani.

Program tersebut berupa pembagian beras secara gratis kepada masyarakat selama lima tahun dengan catatan masyarakat wajib mengolah kebunnya seluas 25 are.

Kini memasuki tahun keenam kepemimpinannya, ia ingin menagih kewajiban warga tersebut dengan pemeriksaan kebun olahan para petani itu.

"Intinya semua itu untuk kepentingan, kebaikan dan kesejahteraan para petani," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com