Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lumba-lumba Ditemukan di Parit Pemukiman Warga di Balikpapan

Kompas.com - 27/03/2016, 19:28 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com – Warga Kelurahan Graha Indah, Balikpapan Utara menemukan seekor lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik (Tursiops aduncus) berkelamin jantan dalam kondisi mati, Sabtu (26/3/2016) tengah hari.

Lumba-lumba ini ditemukan di sebuah parit tak jauh dari pemukiman warga.

“Satu lumba-lumba sudah mati. Kami angkat kemudian kuburkan,” kata pegiat hutan bakau dari Mangrove Center Balikpapan, Agus Bei, Minggu (27/3/2016).

Dedi Aprianus, warga setempat, mengatakan, dia sedang memancing di anak sungai Somber saat melihat lumba-lumba itu.

Awalnya dia mengira mamalia laut itu sebagai seekor buaya, yang sering ditemukan di sungai. Setelah memastikan bahwa hewan itu adalah lumba-lumba, ia melaporkan temuannya ke Mangrove Center.

“Kami pun segera ke sana,” kata Agus.

Di lokasi, mereka mendapati dua ekor lumba-lumba di sana. Salah satunya berukuran panjang 1,7 meter dan sudah tak bergerak.

Satu lagi ekor lagi berukuran panjang lebih dari dua meter bertahan di air yang setinggi tungkai kaki orang dewasa.

Agus Bei dan aktivis lain lalu memprioritaskan penyelamatan pada lumba-lumba yang masih hidup.

“Ini induk dan anak. Yang sudah mati itu anaknya,” kata Agus.

Selama tiga jam para aktivis ini melakukan upaya penyelamatan di tengah kekhawatiran munculnya buaya.

Akhirnya, induk lumba-lumba bisa dikembalikan ke perairan bebas saat air pasang. Warga kemudian mengangkat bayi lumba-lumba yang mati untuk dikubur.

“Kami keliling (dengan perahu) dan melihat induknya masih berenang di sekitar anaknya terakhir diangkat. Ada satu lagi yang kecil bersama induk ini. Berarti ada tiga lumba-lumba. Satu induk dan dua anak. Salah satu anaknya mati,” kata Agus.

Terdamparnya lumba-lumba ini di dekat permukiman warga ini menimbulkan banyak pertanyaan.

Pegiat hewan mamalia air dari Yayasan Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI), Danielle Kreb, mengungkapkan habitat ini biasanya hidup berkelompok dalam jumlah paling tidak tujuh ekor dan banyak ditemui di Selat Makassar.

Sementara lumba-lumba yang mati ini berada jauh dari laut lepas dan tujuh kilometer jauhnya dari muara sungai di Teluk Balikpapan yang terhubung langsung dengan Selat Makassar.

Danielle menduga, kemungkinan air laut pasang besar dan cuaca buruk membuat mereka berlindung dalam teluk lantas tersesat. Karenanya, cukup mengherankan ketika menemukan tiga lumba-lumba saja di sekitaran hutan mangrove sungai.

Daniele menduga di antara lumba-lumba ada yang sakit sehingga mencari tempat perlindungan.

“Bisa induknya yang sakit dan kedua anaknya ikut ke pinggir. Atau anaknya yang sakit,” kata Danielle yang tak mau berspekulasi terkait penyakit si lumba-lumba.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com