Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Heryawan Tolak Banyak Pengajuan Jalan, Ada Apa?

Kompas.com - 25/02/2016, 09:59 WIB
Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengaku pihaknya sering menolak pengajuan jalan baru. Padahal, jalan merupakan infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat.

"Di beberapa kawasan minta jalan saya tolak. Karena ketika kita buat jalan siapa yang mendapatkan manfaat," ujar Aher, sapaan akrab Ahmad Heryawan, Kamis (25/2/2016).

Misalnya, jalan menuju persawahan tidak perlu bagus. Karena jika bagus, persawahan tersebut dalam waktu dekat akan jadi perumahan.

Aher menjelaskan, ia tidak ingin menguntungkan segelintir orang dalam membuat kebijakan. Seperti dalam pembangunan jalan. Jika yang diuntungkan hanya orang yang memiliki duit, nantinya akan menciptakan ketimpangan yang semakin besar.

Berdasarkan data Bank Dunia, sambung Aher, Indonesia menduduki peringkat ketiga ketimpangan di dunia. Data itu menyebutkan satu persen orang Indonesia menguasai 55,5 persen aset nasional.

Posisi satu diduduki Thailand. Sedangkan posisi hampir bontot diduduki Amerika Serikat dengan 38 persen.

"Saya tidak mengerti berhitungnya seperti apa, tapi kita yakini saja," ungkapnya.

Mencegah ketimpangan ini, ia kerap meminta masyarakat untuk tidak mudah menjual tanahnya. Di kawasan utara 15 tahun lalu, tanah dijual seharga Rp 10.000 per meter. Namun kini harga terendah Rp 1,5 juta per meter.

"Lalu yang untung siapa? Yang untung ya tuan tanah. Makanya jangan jual lahan. Walaupun memang ada yang jual lahan untuk kuliah," ucapnya.

Ia lalu mencontohkan program Unesco di Afrika. Untuk meningkatkan pendidikan, Unesco membangun sekolah dan perpustakaan. Beberapa bulan kemudian Unesco melakukan penelitian tapi hasilnya tidak berubah.

Unesco pun memperbaiki laboratoriumnya. Namun begitu dievaluasi hasilnya tetap sama. Begitu diperiksa secara keseluruhan, ternyata penyebabnya adalah cacingan, sehingga anak-anak tak mampu menyerap semua pelajaran.

Hal ini, kata Aher, bisa disebabkan karena ketimpangan. Untuk itulah, ia meminta kepada pihak terkait untuk tegas, daerah mana saja yang bisa dibangun dan tidak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com