Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Jubir Gafatar: Apa Salah Kami?

Kompas.com - 20/01/2016, 17:13 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — "Kami sama sekali tidak mengusik warga, apalagi berbuat anarki ataupun terorisme. Apa salah kami?" kata Wisnu Windhani, seorang mantan pengurus pusat Gafatar yang juga berperan sebagai juru bicara, Rabu (20/1/2016).

Pernyataan itu ditumpahkan dalam siaran pers untuk menyikapi rentetan aksi intimidasi terhadap para bekas anggota Gafatar di Mempawah, Kalimantan Barat.

Intimidasi itu bervariasi, mulai dari pembakaran mobil milik bekas anggota Gafatar di halaman kantor Bupati Mempawah hingga berlanjut pada pembakaran "perkampungan" Gafatar di kabupaten itu.

Akibat pembakaran tersebut, Wisnu menuturkan, terdapat setidaknya 700 orang bekas anggota Gafatar yang bermukim di Mempawah diminta meninggalkan tempat tinggal mereka.

“Kami menyesalkan peristiwa ini. Sebab, mantan anggota Gafatar berada di beberapa wilayah di Kalimantan Barat hanya untuk bertani,” ujarnya.

Aksi intimidasi ini, lanjutnya, merupakan imbas dari munculnya kabar bahwa Gafatar bertanggung jawab atas hilangnya beberapa orang di berbagai daerah di Indonesia.

Padahal, seperti diketahui, organisasi Gafatar ini telah resmi dibubarkan pada Agustus tahun lalu.

"Tuduhan tersebut menimbulkan polemik baru di masyarakat yang seolah tidak menerima keberadaan eks (anggota) Gafatar," Wisnu menegaskan.

Para bekas anggota Gafatar, lanjutnya, ditolak dan diusir dari tempat tinggal mereka, mulai dari Kabupaten Mempawah, Kabupaten Ketapang, hingga Kabupaten Sintang.

Terdapat sedikitnya 1.000 orang bekas anggota Gafatar yang diminta meninggalkan tempat tinggal mereka dan dipulangkan ke Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur.

"Mantan anggota Gafatar yang tinggal di beberapa wilayah Kalimantan Barat itu hanya untuk bertani," ujar Wisnu.

Kini, lanjutnya, terdapat ribuan orang eks Gafatar yang tidak lagi memiliki dana untuk mencari tempat baru untuk bermukim.

Lahan pertanian yang selama ini mereka kelola juga harus ditinggalkan begitu saja, padahal itulah harta satu-satunya milik mereka.

Tindakan itu dinilainya bertolak belakang dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia (HAM), di mana setiap orang bebas untuk berpindah tempat tinggal, termasuk para bekas anggota Gafatar yang hidup bertani di Kalimantan Barat.

"Lalu apa salah kami?” tanya Wisnu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com