Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hutan Bakau Kian Sempit Picu Konflik Manusia dan Buaya

Kompas.com - 23/12/2015, 20:16 WIB
Kontributor Balikpapan, Dani J

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com –  Luasan hutan bakau di Teluk Balikpapan terus menyusut dari tahun ke tahun. Penyusutan lahan hutan bakau ini salah satunya disebabkan alih fungsi menjadi kawasan industri.

Husen dari Forum Peduli Teluk Balikpapan (FPTB) mengatakan, dampak berikutnya adalah terjadi sedimentasi, kerusakan terumbu karang, hingga habitat terganggu.

Husen mengatakan, habitat di kawasan hutan bakau juga terganggu. Tak heran ditemukan bangkai bekantan (Nasalis larvatus), pesut (Orcaella brevirostris), bahkan kemunculan buaya di permukiman di tepian sungai dan Teluk Balikpapan.

“Habitat terganggu. Akibatnya terjadi  konflik dengan manusia. Seperti beberapa waktu lalu ada muncul buaya di pemukiman,” kata Husen di Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan di Balikpapan.

Temuan buaya sepanjang empat meter di Perumahan Sumber Indah, Kelurahan Batu Ampar, Balikpapan Utara pada Rabu (16/12/2015), merupakan bukti ‘konflik’ yang jarang terjadi di kota ini.

Saat itu warga melihat buaya besar di sebuah selokan di sekitar perumahan penduduk. Warga menangkap buaya itu tak lama kemudian.

Tragedi memilukan terjadi di akhir November 2015 lalu. Seorang bocah 12 tahun warga Komplek Graha Indah di Balikpapan Utara ditemukan tewas di lumpur hutan bakau dengan bekas luka cabik di dada dan kaki.

Siswa SMP ini hilang selagi berenang di Sungai Somber menjelang petang.  Bocah itu ditemukan sekitar 1.000 meter dari dia dinyatakan hilang.

Anak-anak sungai yang membelah hutan bakau di sepanjang sungai Somber menyimpan keragaman hayati.

Ssalah satunya adalah buaya muara yang habitatnya terusik pembukaan lahan bakau untuk kegiatan perusahaan maupun permukiman.

Selain itu, aktivitas kapal dan perahu yang hilir mudik di sungai juga semakin padat  dan ramai.

Pegiat Mangrove Center, Agus Bei meyakini, buaya dan banyak habitat lain terdesak akibat pembukaan lahan di hutan-hutan bakau.

“Jadi tidak heran kalau buaya saja mulai sering terlihat di sana,” kata Agus.

Kemunculan buaya ini membuat warga kini sepakat untuk tidak memanfaatkan air sungai untuk kegiatan sehari-hari, khususnya mandi apalagi berenang.

 


 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com