Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Debu Batu Bara Ancam Kesehatan Para Siswa di Pesisir Cirebon

Kompas.com - 17/09/2015, 18:30 WIB
Kontributor Cirebon KompasTV, Muhamad Syahri Romdhon

Penulis

CIREBON, KOMPAS.com - Pelajar tingkat dari TK, SD, SMP, dan juga SMA, yang berada di sekitar Pesisir Kota Cirebon, Jawa Barat, resah karena terdampak debu batu bara. Mereka harus membersihkan lingkungan sekolah tiga hingga empat kali dalam sehari.

Tak hanya kotor, debu batu bara yang bersumber dari aktivitas bongkar muat kapal tongkang di Pelabuhan Kota Cirebon ini, juga mengancam kesehatan paru-paru seluruh pelajar, dan warga sekitar.

Kondisi ini diketahui, saat Jafarudin, Anggota Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Cirebon, melakukan sidak ke sekolah SMK Muhamadiyah, Jalan Bahagia, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Kejaksan, Kamis siang (17/9/2015).

Debu batu bara yang berwarna hitam pekat ini memenuhi lantai sekolah dari lantai dasar hingga paling atas. Tak hanya di luar, debu batu bara juga berterbangan hingga masuk ke dalam kelas.

Para pelajar harus membersihkan ruangan kelas dua hingga tiga kali dalam sehari. Debu juga menempel di bangku dan meja siswa, hingga mengakibatkan lengan seragam yang berwarna putih, menghitam.

Iin Aiunur Khadijah, siswa kelas 10 Akutansi 1, menyampaikan, debu batu bara ini menganggu aktivitas para pelajar. Dia bersama temannya, membersihkan kelas sebelum masuk, istirahat, dan juga hendak pulang. Selain menyebabkan lingkungan dan seragam kotor, debu tersebut mengancam kesehatan paru-paru para mereka.

“Sangat terganggu. Baju kotor, terus pernafasan tuh pada sesak, flu, dan batuk,” kata Iin saat menunjukkan lantainya penuh debu batu bara yang hitam.

Tri Utami Sh, salah satu guru, menyampaikan, dampak debu batu bara sudah terasa sejak dua hingga tiga tahun terakhir. Pihaknya meminta sebagian siswa siswi yang tak kuat dan rentan, agar menggunakan masker.

“Sebagai upaya preventif kami selama ini, para siswa dianjurkan menggunakan masker. Bahkan tanpa diberi tahu pun, sebagian siswa yang benar-benar terganggu terus menggunakan masker, sebelum, saat belajar, hingga pulang,” kata Tri.

Tak hanya di SMK Muhamadiyah, dalam sidak SD dan TK Alirsyad, dinding dan lantai di sekolah tersebut juga dipenuhi debu.

Warnadi, salah satu petugas kebersihan sekolah, mengungkapkan, dia bersama dua petugas pembersih sekolah merasa kewalahan dan kerap diomeli oleh orangtua siswa.

Pasalnya, tiap kali anak-anak bermain di ayunan dan tempat main lainnya, seragam para pelajar sangat kotor. Padahal baru saja Warnadi membersihkannya.

“Apalagi kalau siswa membeli air minum dan airnya menetes ke lantai. Debu batu bara terlihat hitam pekat dan sangat lengket,” kata petugas yang sudah 15 tahun bekerja itu.

Warnadi mengungkapkan, aktivitas bongkar muat batu bara di Pelabuhan Cirebon memang sudah lama. Namun baru terasa sangat parah sekiltar lima tahun terakhir.

Sejumlah sekolah yang berada di sekitar pesisir Pelabuhan Kota Cirebon berharap pemerintah turun tangan untuk mencegah dampak batu bara yang semakin meluas. Debu batu bara mengancam kesehatan para pelajar dan warga sekitar.

Jafarudin menyebutkan bahwa inspeksi mendadak ini dilakukan lantaran sejumlah sekolahan sudah banyak yang mengeluh.

“Sungguh, kami merasa prihatin dan tak tega. Ribuan pelajar sekitar pesisir terancam kesehatannya akibat debu batu bara. Kami akan segera membawa hasil sidak hari ini, (Kamis-red), pada pimpinan untuk ditindaklanjuti,” tegasnya.

Tak hanya itu, Jafar juga meminta pemerintahan Kota Cirebon yang terkait, khususnya Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan. Menurut dia, kedua dinas tersebut harus segera bertindak sebelum debu batu bara memakan korban.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com