Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPRD: Konflik Sosial Kampoeng Rawa Buntut Pembiaran Pelanggaran Tata Ruang

Kompas.com - 20/08/2015, 16:09 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

AMBARAWA, KOMPAS.com - Konflik sosial warga Desa Bejalen, Ambarawa, seputar pengelolaan obyek wisata Kampoeng Rawa disebabkan lemahnya penegakan aturan oleh Pemkab Semarang. Padahal, pendirian obyek wisata berbasis air yang berada di sempadan Rawapening itu jelas-jelas telah melanggar perda tentang tata ruang.

Ketua DPRD Kabupaten Semarang, Bambang Kusriyanto menilai, konflik sosial yang muncul di Bejelan saat ini murni menjadi tanggung jawab Pemkab Semarang.

"Ini kesalahan pemkab, karena tidak tegas menindak adanya pelanggaran aturan. Dari awal dibangun itu belum ada izinnya, berarti ada oknum yang bermain di situ. Tapi faktanya dibiarkan saja oleh pemerintah hingga akhirnya terjadi konflik sosial," kata Bambang Kusriyanto, Kamis (20/8/2015).

Ia menegaskan, beberapa kali pihaknya sudah menyampaikan bahwa keberadaan Kampoeng Rawa melanggar tata ruang dan harus dibongkar sesuai aturannya.

"Bangunan Kampoeng Rawa sebaiknya dibongkar saja, tanahnya dikembalikan ke aset desa menjadi lahan pertanian. Sebab lahannya milik pemerintah Desa Bejalen," ungkapnya.

Bambang menginformasikan bahwa sebelum Lebaran, Kampoeng Rawa pernah dipasang police line. Saat itu dia sempat mempertanyakan kenapa yang melakukan penutupan justru kepolisian dengan memasang police line.

"Sekarang peran Satpol PP apa? Kalau di depan mata ada pelanggaran bangunan tanpa izin kok dibiarkan saja," sindirnya.

Klaim pihak tertentu bahwa keberadaan Kampoeng Rawa untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan ternyata tidak terbukti. Sebab, petani dan nelayan hanya ditempatkan sebagai operator perahu dan digaji.

"Jangan terus dibungkus untuk peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan, karena faktanya mereka merasa ditipu. Padahal sebetulnya ada MoU Kampoeng Rawa dengan petani," ujarnya.

Bambang meminta Pemkab Semarang untuk memediasi konflik sosial atas keberadaan Kampoeng Rawa.

"Bila tidak mengubah bentuk, semestinya bisa dipertahankan. Namun realitanya ada pengurukan tanah dan bangunan permanen," kata Bambang.

Sebelumnya dikabarkan, Manajer obyek wisata Kampoeng Rawa, Agus Sumarno dan sembilan pengawalnya babak belur dikeroyok massa yang diduga warga Desa Bejalen, Ambarawa. Diduga penganiayaan tersebut buntut dari kejengkelan warga terhadap Agus Sumarno yang tidak transparan dalam pengelolaan Kampoeng Rawa Ambarawa. [Baca juga: Warga: Bos Kampoeng Rawa Dihajar karena Hendak Cabut "Airsoft Gun"]

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com