Insiden itu berawal saat dua tersangka berkunjung ke asrama Mawar tempat kos temannya yang bernama Novi. Melihat banyak orang di sekitar kamar temannya, Idam lantas memanggil Novi keluar untuk berbincang-bincang di belakang kamarnya bersama beberapa rekannya yang lain.
"Dia yang ambil helm saya baru dia tuduh kami ambil helmnya. Saya bilang ke dia, 'Helm kami itu, Bos'," kata Firman saat ditemui di sel Polsek Mandonga, Minggu pagi.
Saat tetangga melerai perkelahian tersebut, Idam melarikan diri. Tak terima dengan pengeroyokan itu, Firman mengambil pedang samurai di rumahnya di BTN Azatata. Keduanya kembali ke tempat kos itu untuk mencari orang-orang yang telah mengeroyoknya, dan mendapati Tholib dalam kamarnya.
Firman langsung memecahkan kaca jendela kamar, kemudian masuk ke kamar kos korban.
"Saya sempat tanya, kamu toh yang pukul kami tadi. Dia langsung bilang iya. Di situ Firman dengan saya langsung memukul, menginjak, dan saya langsung membacok lehernya sebanyak dua kali," tutur Idam.
Setelah mereka melakukan aksinya, kedua pemuda tersebut langsung pulang ke rumah masing-masing dan mengaku kepada orangtuanya bahwa mereka telah melakukan pembunuhan.
"Saya pulang, Idam juga pulang ke rumahnya, dan mengakui bahwa kami sudah membunuh seseorang. Orangtua saya langsung menyuruh saya untuk menyerahkan diri ke kantor polisi," ungkap Firman.
Dia mengaku tidak menyesali perbuatannya. Bahkan mereka mengaku, tindakan pidana itu dilakukan dalam keadaan sadar dan tidak mabuk.