Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Perempuan Pendulang Emas di Sungai Mas Aceh

Kompas.com - 10/06/2015, 09:41 WIB
Kontributor Kompas TV, Raja Umar

Penulis

MEULABOH, KOMPAS.com — Kabupaten Aceh Barat, yang dikenal dengan sebutan Bumi Teuku Umar, sungguh memiliki potensi sumber daya alam yang berlimpah. Salah satunya adalah bijih emas yang terdapat di sepanjang aliran Sungai Mas Desa Tutut, Kecamatan Sungai Mas.

Warga yang bermukim di pedalaman Kabupaten Aceh Barat itu didominasi perempuan. Mereka menggantungkan mata pencarian dengan mendulang emas secara tradisional dan ramah lingkungan. Hal itu sudah turun-temurun dilakukan sejak puluhan tahun lalu.

"Mendulang emas sudah menjadi sumber penghasilan warga di sini, khususnya perempuan, karena mendulang dianggap pekerjaan yang mudah dan ringan dilakukan oleh perempuan di sini," kata Saudah (42), Minggu (7/6/2015) lalu.

Menurut Saudah, kegiatan ini menjadi salah satu sumber pendapatan alternatif bagi warga. "Dominannya yang mendulang emas di sini perempuan. Laki-laki ada juga, tetapi mereka lebih banyak yang bertanggung jawab mengurusi sawah dan ladang," kata Saudah.

Meski mendulang emas sudah dianggap pekerjaan yang mudah dilakukan oleh perempuan-perempuan ini, hasil yang mereka dapatkan tidak menentu. Bahkan, terkadang tidak sebanding dengan usaha keras sejak pagi hari hingga petang merendam diri di air di bawah terik matahari.

Pun demikian, mereka terlihat lihai dan sabar mengais bijih emas di antara butiran batu dan kerikil. "Hasilnya tidak tentu, kadang satu hari kami dapat tidak sampai Rp 50.000. Kalau lagi ada rezeki saat air sungai berkurang, ada juga sampai Rp 100.000 satu hari," kata Maknong (45), saat tengah mengais bijih besi bersama sejumlah perempuan lain di Sungai Mas.

Bijih emas yang didapat langsung bisa dijual kepada penampung atau toko emas di pasar dengan harga satu mili Rp 40.000 atau 1 gram Rp 400.000. Namun, biasanya para perempuan pendulang emas itu mengumpulkan dulu bijih emas hingga beberapa pekan sebelum menjualnya.

"Biasanya, kami kumpul dulu, nanti kalau sudah banyak terkumpul, baru kami jual ke pasar. Jadi, uangnya pun terasa banyak saat kami jual nanti," kata dia.

Wadah yang digunakan sebagai alat pendulang emas terbuat dari bahan kayu pilihan dan berkualitas serta tahan lama. Harganya pun dijual Rp 300.000 per buah. "Untuk modal mendulang itu tidak banyak, cukup membeli alatnya sekali bisa tahan bertahun-tahun, asal jangan jatuh saja," kata Kak Dah, pendulang lainnya.

"Di sini, ada peraturan agar warga mencari emas dengan cara yang ramah lingkungan, seperti memakai air raksa atau alat lainnya yang dapat mencemari sungai dan dapat menghilangkan bijih emas karena kalau menggunakan air raksa yang bahaya juga warga di sini," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com