Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasca-perusakan Pos, Polisi Dilaporkan karena Cekik Nenek dan Pukul Tukang Ojek

Kompas.com - 20/03/2015, 23:04 WIB
Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KEFAMENANU, KOMPAS.com — Aparat Kepolisian Resor TTU turun ke lokasi pasca-perusakan Pos Polisi Lalu Lintas (Polantas) Tulip oleh ratusan warga Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (20/3/2015) siang. Namun, polisi malah melakukan kekerasan dengan memukul dan menganiaya sejumlah warga.

Bahkan, salah seorang nenek, Maharim Radjab Mae (50, warga Fatuteke, Kelurahan Kefamenanu Selatan, dicekik oleh seorang anggota polisi. Baju Maharim ditarik oleh belasan polisi lainnya karena berdiri di dekat lokasi kejadian.

Bukan hanya itu, Roby Kenjam, tukang ojek asal Kelurahan Bitefa, Kecamatan Miomafo Timur, dipukul, ditendang, dan dihantam pakai senjata api oleh sejumlah polisi. Padahal, Roby hanya duduk di depan toko onderdil motor, persis di samping Pos Polantas Tulip.

Setelah dianiaya, Roby kemudian digotong dan dibuang hingga melewati pagar, dan terjatuh dalam selokan. Akibatnya, Roby mengalami luka yang cukup parah, hingga akhirnya dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kefamenanu untuk menjalani perawatan medis.

Maharim Radjab Mae mengatakan, kejadian itu bermula ketika dirinya hendak ke toko untuk membeli keperluan rumah tangga. Dia melintas dekat Pos Polantas Tulip. Saat itu, warga tumpah ruah di dekat pos tersebut sehingga dia pun bertanya kepada warga lain.

"Saya tanya ke salah seorang warga, ada apa kok ramai sekali. Begitu saya dikasih tahu bahwa ada orang yang meninggal, saya pun dengan spontan kaget dan langsung maki. Saat itu ada seorang polisi datang mendekat dan hendak memukul saya sehingga saya pun bertengkar dengan dia (polisi). Begitu saya maju mau berkelahi dengan dia, datanglah polisi lainnya dan ada seorang yang langsung cekik hingga saya susah bernapas. Ada yang tarik baju, dan ada yang pukul, tetapi tidak kena karena dihalangi oleh warga," kata Maharim kepada Kompas.com, Jumat (20/3/2015) malam.

Maharim mengaku bahwa kedua tangannya dipegang erat dan bajunya ditarik. Oleh karena itu, dia hanya meronta dan berusaha melepaskan diri, meski tetap tidak bisa. Beruntung, salah seorang polisi, Bripka Yos Gari, datang dan meminta polisi yang menyekap Maharim untuk melepaskan sekapan itu. Maharim pun diantar pulang ke rumahnya.

"Malam ini juga, saya bersama keluarga dan LSM akan melaporkan kejadian ini ke Polres TTU," kata Maharim.

Sementara itu, Roby Kenjam mengatakan, dia dihajar oleh segerombolan polisi ketika tengah memarkir sepeda motornya. Saat itu, dia duduk di depan toko onderdil motor sambil melihat warga yang menumpuk di lokasi perusakan Pos Polantas Tulip.

"Saya dari Pasar Lama mau antar penumpang ke terminal. Sampai di depan toko onderdil motor di samping toko Victory, di situ warga sudah berkumpul dan kendaraan menumpuk sehingga saya tidak bisa lewat. Saya lalu katakan ke penumpang untuk turun di sini saja karena tidak bisa lewat. Setelah itu, saya parkir motor dan duduk di depan toko onderdil motor," kata Roby.

"Ketika saya sementara duduk, datanglah segerombolan polisi, tanpa banyak bicara langsung pukul di kepala, pundak dan tendang di sekujur tubuh. Bahkan ada yang pukul pakai senjata api. Setelah itu saya digotong dan dibuang lewati pagar toko onderdil hingga jatuh di selokan. Tak puas, sebagian polisi datang dan pukul saya lagi. Untung ada polisi senior yang datang dan selamatkan saya, lalu saya dibawa ke Unit Gawat Darurat RSUD Kefamenanu," tutur Roby.

Direktur Lembaga Antikekerasan Masyarakat Sipil (Lakmas) Cendana Wangi NTT Viktor Manbait, yang terus mendampingi kedua korban, mengatakan bahwa Lakmas bersama keluarga Roby Kenjam sudah mendatangi Markas Polres TTU untuk melaporkan kejadian penganiayaan itu.

"Tadi sore bersama keluarga Roby Kenjam, kami sudah laporkan ke Markas Polres TTU. Malam ini, kami juga bersama korban lainnya, Maharim Radjab Mae, datang lagi ke Polres TTU untuk lapor kejadian tadi siang. Kami perkirakan korban akibat kebrutalan polisi tadi sekitar 20 orang," ujar Viktor.

Menurut Viktor, polisi berlebihan dan menggunakan kewenangan secara berlebihan. Kapolres TTU dituding sebagai pihak paling bertanggung jawab atas tindakan brutal polisi dalam mengamankan situasi.

"Apa pun alasannya, tindakan brutal polisi dengan cara memukul dan menghajar warga sipil yang tidak tahu menahu, bahkan dipopor dengan menggunakan senjata dan dibuang melewati pagar hingga terjerembab ke dalam got, adalah perbuatan keji. Terlebih lagi, seorang nenek dicekik dan diperlakukan dengan cara tidak manusiawi," ucap Viktor.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com