Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Beras Mahal, Warga di Tasik Pasrah Terima Raskin Campur Kerikil

Kompas.com - 26/02/2015, 22:30 WIB
Kontributor Ciamis, Irwan Nugraha

Penulis

TASIKMALAYA, KOMPAS.com — Warga di Desa Dirgahayu, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, mengaku pasrah jika setiap harinya harus memasak beras untuk rakyat miskin (raskin) yang mirip nasi aking. Soalnya, sebagian besar penduduk pegunungan dengan kondisi ekonomi rendah ini tak mampu membeli beras bagus karena harganya mahal.

"Saya dan keluarga terpaksa menanak nasi dari beras raskin yang baru keterima lagi. Berasnya jelek, warnanya kuning, berdebu, dan banyak batunya. Kalau dimasak, nasi bau apek dan mirip nasi aking," terang Mega Mustika (22), salah seorang warga setempat, saat ditemui di rumah panggung miliknya, Kamis (26/2/2015).

Desa Dirgahayu sendiri merupakan salah satu wilayah perbukitan. Rumah-rumah warga di wilayah ini sulit diakses karena jalannya berbukit dan tersekat pegunungan serta pesawahan. Warga di desa tersebut mengaku baru beberapa hari lalu menerima kembali beras raskin bantuan pemerintah.

"Kami baru menerima lagi beras raskin kemarin-kemarin. Namun, yang sekarang kualitasnya sangat jelek. Apakah kami di sini paling jauh, jadi yang jelek dikesiniin? Harganya Rp 10.000 untuk empat kilogram," kata Mega.

Ibu dua anak ini pun menuturkan cara memasak raskin berkualitas buruk tersebut. Biasanya, bagi warga yang mampu, mereka mencampurkan beras bagus saat memasak raskin. Namun, ia dan keluarganya terpaksa memasak raskin tanpa dicampur beras bagus karena tak mampu beli.

Beras raskin ini mulanya dicuci beberapa kali sampai debu dan kerikilnya terbuang. Meskipun dicuci beberapa kali, warna kuningnya tak bisa hilang.

"Dicuci terus sampai debunya hilang. Coba saja raba, ini debunya banyak begini," ujar Mega kepada para wartawan sembari mengambil stok beras raskin yang dipenuhi debu kasar dan kerikil di dua telapak tangannya.

Meski demikian, Mega terpaksa memberikan nasi yang berbau apek tersebut kepada kedua anaknya yang masih balita. Ia tak mengetahui apakah beras tersebut akan berdampak pada kesehatan keluarga dan anak-anaknya atau tidak.

"Kalau nantinya, tidak tahu. Kalau sekarang, belum terasa apa-apa setelah mengonsumsi beras ini," tambah dia.

Tak dilaporkan

Jatah bantuan raskin berkualitas jelek bagi warga di Desa Dirgahayu ini belum pernah dilaporkan ke pemerintah desa atau pemerintah terkait. Warga mengaku tak pernah mengambil pusing dan selalu menerima raskin dengan kondisi apa pun.

"Belum pernah laporan, mau lapornya ke siapa?" ungkap warga lainnya, Iis (46).

Iis bersama warga lainnya saat ini hanya bisa pasrah menerima bantuan raskin tersebut. Warga di wilayahnya berpikir, lebih baik memanfaatkan bantuan yang ada daripada tidak bisa makan.

"Warga di sini lebih baik menanak nasi beras seperti ini daripada tidak bisa makan. Sudah lokasinya jauh, harus ditukar misalkan, bisa-bisa habis ongkos, dan kami nantinya tidak dapat beras. Enggak apa-apa dimasak saja berasnya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com