Berangkat dari pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, pada Senin (29/12/2014) lalu, KRI Banda Aceh membawa 10 penyelam dari Komando Pasukan Katak. Namun, setelah lokasi pesawat ditemukan di Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, jumlah itu dirasa masih kurang.
Akhirnya, KRI Banda Aceh bersandar di perairan Tanjung Kumai, sekitar 20 mil dari daratan di Pangkalan Bun untuk menjemput 47 tambahan pasukan lainnya.
Pasukan tambahan yang didatangkan merupakan gabungan dari Kopaska, Dinas Penyelam Bawah Air (Dislambair) dan Marinir. Mereka tiba di KRI Banda Aceh, Jumat (2/1/2015) pagi dengan menumpang satu tugboat dan membawa berbagai perlengkapan menyelam.
Cuaca
Setelah pasukan penyelam tambahan tiba, KRI Banda Aceh langsung tancap gas menuju lokasi jatuhnya pesawat, di titik koordinat 03.55.52 lintang selatan dan 110.33.80 bujur timur. Namun cuaca buruk membuat kapal produksi PT PAL ini berjalan lambat dan baru sampai di lokasi pada Jumat petang.
Kondisi cuaca di sana juga masih buruk dengan hujan intensitas ringan, angin kencang dan gelombang besar, sehingga kondisi tidak memungkinkan untuk penyelaman. Tim SAR memutuskan untuk menunda penyelaman hingga Sabtu pagi.
"Kita sebenarnya bisa saja menyelam sekarang. Tetapi perintah dari atas jangan, berbahaya," kata Komandan Kopaska di KRI Banda Aceh, Wido Dwi.
Akhirnya, malam itu tim penyelam memanfaatkan waktu yang ada dengan melakukan briefing untuk mengatur strategi dan teknis penyelaman.
Pengangkatan jenazah
Strategi penyelaman sudah disiapkan secara matang, namun tiba-tiba KRI Banda Aceh harus kembali ke titik awal di Tanjung Kumai, karena pada Sabtu pagi harus melakukan evakuasi delapan jenazah terakhir, yang ditemukan KRI Bung Tomo dan Kapal Malaysia, KD Pahang.
Untuk diketahui, proses evakuasi jenazah yang ditemukan di laut ke Pangkalan Bun memang harus melalui KRI Banda Aceh, karena kapal ini memiliki helikopter skuadron udara yang berkapasitas cukup besar untuk menerbangkan jenazah sampai ke daratan.
Proses evakuasi jenazah memakan waktu yang cukup lama hingga siang hari, karena jumlah jenazah yang jumlahnya mencapai delapan orang. KRI Bung Tomo juga baru merapat ke KRI untuk melakukan evakuasi pada pukul 09.30 WIB.
"Kita terjebak dengan evakuasi jenazah. Kalau tidak, seharusnya pagi ini sudah bisa menyelam," kata salah satu anggota tim penyelam.
Helikopter rusak