Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyelam Terancam Gagal Terjun Angkat Korban Pesawat AirAsia QZ8501

Kompas.com - 03/01/2015, 14:18 WIB
Ihsanuddin

Penulis

PANGKALAN BUN, KOMPAS.com - Sebanyak 57 penyelam di Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Banda Aceh, Sabtu (3/1/2015) terancam kembali terjun ke dasar laut untuk mengevakuasi korban dan serpihan pesawat AirAsia QZ8501.

Pantauan reporter Kompas.com, Ihsanuddin di lokasi, hambatan bukan hanya kondisi cuaca yang buruk, namun juga permasalahan teknis, seperti harus mengangkut jenazah yang ditemukan kapal lain, melakukan pengisian bahan bakar dan suplai makanan, hinga kerusakan helikopter.

Berangkat dari pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, pada Senin (29/12/2014) lalu, KRI Banda Aceh membawa 10 penyelam dari Komando Pasukan Katak. Namun, setelah lokasi pesawat ditemukan di Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, jumlah itu dirasa masih kurang.

Akhirnya, KRI Banda Aceh bersandar di perairan Tanjung Kumai, sekitar 20 mil dari daratan di Pangkalan Bun untuk menjemput 47 tambahan pasukan lainnya.

Pasukan tambahan yang didatangkan merupakan gabungan dari Kopaska, Dinas Penyelam Bawah Air (Dislambair) dan Marinir. Mereka  tiba di KRI Banda Aceh, Jumat (2/1/2015) pagi dengan menumpang satu tugboat dan membawa berbagai perlengkapan menyelam.

Cuaca

Setelah pasukan penyelam tambahan tiba, KRI Banda Aceh langsung tancap gas menuju lokasi jatuhnya pesawat, di titik koordinat 03.55.52 lintang selatan dan 110.33.80 bujur timur. Namun cuaca buruk membuat kapal produksi PT PAL ini berjalan lambat dan baru sampai di lokasi pada Jumat petang.

Kondisi cuaca di sana juga masih buruk dengan hujan intensitas ringan, angin kencang dan gelombang besar, sehingga kondisi tidak memungkinkan untuk penyelaman. Tim SAR memutuskan untuk menunda penyelaman hingga Sabtu pagi.

"Kita sebenarnya bisa saja menyelam sekarang. Tetapi perintah dari atas jangan, berbahaya," kata Komandan Kopaska di KRI Banda Aceh, Wido Dwi.

Akhirnya, malam itu tim penyelam memanfaatkan waktu yang ada dengan melakukan briefing untuk mengatur strategi dan teknis penyelaman.

Pengangkatan jenazah

Strategi penyelaman sudah disiapkan secara matang, namun tiba-tiba KRI Banda Aceh harus kembali ke titik awal di Tanjung Kumai, karena pada Sabtu pagi harus melakukan evakuasi delapan jenazah terakhir, yang ditemukan KRI Bung Tomo dan Kapal Malaysia, KD Pahang.

Untuk diketahui, proses evakuasi jenazah yang ditemukan di laut ke Pangkalan Bun memang harus melalui KRI Banda Aceh, karena kapal ini memiliki helikopter skuadron udara yang berkapasitas cukup besar untuk menerbangkan jenazah sampai ke daratan.

Proses evakuasi jenazah memakan waktu yang cukup lama hingga siang hari, karena jumlah jenazah yang jumlahnya mencapai delapan orang. KRI Bung Tomo juga baru merapat ke KRI untuk melakukan evakuasi pada pukul 09.30 WIB.

"Kita terjebak dengan evakuasi jenazah. Kalau tidak, seharusnya pagi ini sudah bisa menyelam," kata salah satu anggota tim penyelam.

Helikopter rusak

Setelah mengantarkan delapan jenazah ke Pangkalan Bun, diketahui bahwa kondisi helikopter mengalami sedikit kerusakan. Heli bell di helikopter mengalami vibrasi sehingga harus dilakukan perawatan di Lanud Pangkalan Bun.

Diperkirakan, kerusakan heli bell terjadi karena helikopter terus-terusan tertiup angin laut yang cukup kencang. Akhirnya, helikopter kembali dikirim ke Pangkalan Bun. Sebagai gantinya, dikirim helikopter pengganti dari KRI Bung Tomo dengan ukuran dan kapasitas yang lebih kecil.

Proses menunggu kedatangan helikopter pengganti ini juga memakan waktu cukup lama. Helikopter baru tiba di helipad KRI Banda Aceh sekitar pukul 13.30 WIB

Bahan bakar dan suplai makanan menipis

Sudah berlayar hampir selama satu pekan, persediaan bahan bakar dan makanan di KRI Banda Aceh sudah mulai menipis pada Sabtu siang. Kapal Produksi PT PAL ini harus melakukan pengisian bahan bakar dan makanan di Semarang, Jawa Tengah.

Rencananya, siang ini KRI Banda Aceh akan langsung berangkat ke Semarang. Namun tim penyelam masih memiliki secercah harapan untuk menjalankan misinya, karena perjalanan dari Teluk Kumai ke Semarang akan diupayakan melewati titik koordinat.

"Tadi sudah dijelaskan oleh atasan, peluang menyelam kita masih 50 persen," kata Letnan Huda Prawira dari Marinir saat menjelaskan situasi terkini kepada pasukannya, saat Briefing Sabtu siang.

Kendati demikian, Huda tetap meminta kepada seluruh pasukannya untuk tetap selalu siap siaga terjun ke dasar laut. Dalam kesempatan itu, Huda juga menjelaskan kepada pasukannya mengenai letak kotak hitam atau black box di pesawat. "Semua pasukan harus tetap siap diturunkan kapan pun juga," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com