Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/12/2014, 18:56 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis


YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Agus (47), warga Ngadisuryan Kota Yogyakarta yang sehari-hari berprofesi sebagai pemandu wisata, tidak menyangka bahwa orang yang membeli ciu kepadanya, Minggu (21/12/2014) malam, adalah Kapolsek Gondomanan Kompol Heru Muslimin yang sedang menyamar. Alhasil, bukan untung yang didapat, namun bapak tiga anak ini harus berurusan dengan polisi akibat bisnis minuman keras jenis ciu yang sudah dijalankannya sejak 8 bulan lalu.

"Awalnya tiga orang kita amankan sedang pesta miras jenis ciu di area pasar malam. Dari ketiganya kita mintai keterangan dan mengatakan membeli ciu di Ngadisuryan," ujar Heru, Senin (22/12/2014).

Minggu malam, Heru bersama satu anggota memutuskan melakukan penyamaran dan mencari rumah yang dijadikan lokasi penjualan ciu. Setelah menemukan rumah yang dimaksud, dia berpura-pura membeli ciu.

Tanpa curiga, Agus lalu memberikan pesanan si pembeli. Setelah itu, jajaran Polsek Gondomanan langsung melakukan penangkapan dan penggeledahan.

"Saya dan satu anggota harus masuk gang-gang kecil. Dia (Agus) tidak tahu kalau saya polisi, setelah dapat ciunya lalu kita amankan dan geledah," ungkapnya.

Dari rumah Agus, polisi mengamankan 30 liter ciu di dalam jeriken berwarna biru yang disimpan di bawah tempat tidur serta selang yang digunakan untuk memindahkan ciu ke dalam botol.

"Ciu satu botol ukuran satu setengah liter dijual Rp 10.000. Lalu ukuran satu liter Rp 30.000. Dia sudah 8 bulan ini berjualan," ucapnya.

Agar bau ciu tidak menyebar ke tetangga, imbuhnya, Agus menuangkan ciu dari jeriken besar ke dalam botol dengan menggunakan selang.

"Kita akan terus lakukan razia pekat karena selain sudah banyak korban kawasan pasar malam sering menjadi lokasi pesta miras dan perjudian," ujarnya.

Sementara Agus mengaku nekat menjual ciu karena penghasilannya sebagai pemandu wisata tidak cukup untuk hidup sehari-hari, padahal dirinya harus menghidupi istri dan tiga anaknya yang masih bersekolah.

"Sekali memandu Rp 60.000. Kalau lagi tidak musim liburan ya sepi. Nah ini kan pas pasar malam lalu saya jualan ciu, lumayan ramai pembeli," tandasnya.

Ciu, lanjutnya, didapat dari kiriman seorang teman tiap dua bulan sekali. Sebanyak 30 liter ciu dihargai Rp 300.000. Dari hasil penjualan ciu, dia mendapat Rp 250.000-Rp 300.000 per dua hari.

Menurut dia, selain masyarakat umum, sebagian besar yang membeli ciu di rumahnya adalah para pekerja wahana permainan di Pasar Malam Sekaten.

"Ya kaget, jam 2 malam, saya kira pekerja wahana permainan sekaten, ternyata Kapolsek menyamar," pungkasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com