"Maroko memesan 3.000 ton kopi setiap tahunnya, namun kita belum bisa memenuhinya. Tapi kita siap dan terus kita usahakan," jelas Heryawan di Bandung, Jawa Barat, Kamis (30/10/2014).
Untuk memenuhi pesanan tersebut, kata dia, pihaknya memerintahkan kepada para petani kopi di Jabar agar memaksimalkan penanaman dan pembibitan kopi supaya hasilnya melimpah.
"Tahun ini kita bagikan bibit 1 juta pohon, tahun depan 3 juta pohon. Saya sih maunya 5 juta, tapi dinasnya nggak mampu karena dalam ekspor harus ada sertifikasi kopi yang disesuaikan dengan aslinya," kata politisi PKS itu.
Namun demikian, Heryawan mengimbau kepada para petani kopi yang menanam dan membibit kopi harus dilakukan secara natural dan tanpa pestisida atau pupuk kimia lainnya, sehingga menghasilkan biji kopi yang berkualitas dan menyehatkan.
"Jangan pakai pestisida, hormon penumbuh atau pupuk kimia lainnya. Apalagi, ini kan kopinya akan diekspor, makanya hasil kopinya harus berkualitas dan unggulan, biar harganya bisa tinggi," katanya.
"Selain mahal, tanaman dengan tumbuh natural itu bagus bagi kesehatan kita. Tentunya dengan begitu akan menurunkan biaya produksi. Biaya pupuk akan hilang, beli racun juga jadi hilang," lanjut Heryawan.
Heryawan menambahkan, permintaan pasar ekspor di bidang pertanian, seperti kopi dan teh cukup bagus. Makanya dia akan terus mendorong petani kopi untuk meningkatkan produksi kopi.
Heryawan menambahkan, sejak didaftarkan ke World Trade Organization (WTO), kopi Jabar atau yang biasa disebut 'Java Preanger Coffe' mengalami kenaikan harga.
"Mulanya harga kopi 3,5 dollar per kilogram, sekarang 8,5 dollar per kilogramnya," pungkasnya.