Ratusan desa tersebut tersebar di Pulau Madura (Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep), kawasan Tapal Kuda (Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Jember, Banyuwangi), dan sebagian di kawasan Mataraman seperti Madiun, Ngawi, dan Trenggalek.
"Kekeringan paling parah terdapat di Madura," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Provinsi Jawa Timur, Sudarmawan, Selasa (16/9/2014).
Atas kondisi itu, gubernur Jawa Timur sudah menetapkan Jawa Timur berstatus mengalami bencana kekeringan sejak 15 Agustus hingga akhir Oktober lalu.
"Akhir Oktober diprediksi sebagai akhir musim kemarau berdasarkan prediksi BMKG," tambah Sudarmawan.
Atas status bencana tersebut, pemprov Jawa Timur menggelontorkan dana sebesar Rp 3 miliar dari anggaran bencana tidak terduga dari APBD Jatim. Dana itu akan disalurkan ke 624 desa berdasarkan kebutuhan untuk penanganan bencana kekeringan seperti untuk penyaluran air bersih, dan pembuatan sarana bersifat permanen seperti pembuatan embung, penyediaan tandon, dan pengadaan pipa penyalur air bersih.
Jumlah desa berstatus kering kritis tahun ini relatif menurun dari 2013 yang mencapai 870 desa. Kondisi tersebut selain karena faktor kondisi cuaca yang bersifat fluktuatif, juga karena meningkatnya kesadaran pemerintah daerah yang sudah antisipasi bencana kekeringan dengan melakukan mitigasi, seperti pembangunan embung air, sumur dalam, hingga penyediaan pipa dari lokasi sumber air, yang disalurkan sampai ke rumah warga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.