Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibu-ibu Ini Rusak Pasar karena Merasa Dipermainkan Aparat Desa

Kompas.com - 25/06/2014, 17:46 WIB
Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman

Penulis

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Puluhan pedagang pasar tradisional yang terdiri dari ibu-ibu, merusak fasilitas pasar desa di Desa Branta Tinggi, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, Rabu (25/6/2014).

Perusakan pasar itu karena mereka dilarang berjualan di dalam pasar oleh aparat desa setempat. Yang dirusak pertama kali yakni pagar besi pintu masuk ke pasar. Perusakan dilakukan dengan menggunakan linggis.

Rofiah, salah satu pedagang palawija menuturkan, petugas pasar mengunci pintu pasar sejak hari Senin kemarin. Hal itu menyebabkan pedagang keleleran di pinggir jalan raya dan mengganggu lalu lintas.

Perusakan pintu pagar pasar dilakukan setelah pedagang merasa dipermainkan oleh petugas pasar karena disuruh pindah berjualan.

"Kami dipermainkan oleh aparat desa karena disuruh pindah-pindah tempat jualan hingga kami keleleran di pinggir jalan," kata Rofiah.

Dijelaskan Rofiah, tanggal 9 Juni lalu pedagang diusir dari tempat jualannya di akses jalan menuju pelabuhan desa setempat. Alasannya karena jalan menuju pelabuhan akan dilebarkan. Pedagang lalu dipindahkan ke pasar desa setempat dan tidak ada persoalan.

Pedagang sudah nyaman berjualan di pasar desa. Namun tiba-tiba ada perubahan lagi disuruh berjualan di tempat semula.

"Kami sudah pindahkan semua barang-barang, sudah sewa tempat kepada petugas pasar. Tapi kemudian disuruh pindah lagi. Kami merasa dipermainkan," katanya.

Kepala Urusan Pemerintahan Desa Branta Tinggi, Sutan Takdir saat dikonfirmasi menerangkan, pemindahan pedagang dari pasar desa ke tempat semula atas kesepakatan seluruh aparat desa termasuk Badan Perwakilan Desa (BPD), tokoh masyarakat dan jajaran forum pimpinan kecamatan Tlanakan.

"Pemindahan itu bukan kehendak desa semata, tapi sudah kesepakatan bersama aparat," terang Sutan.

Selain itu, Pasar desa Branta hanya buka dua kali selama seminggu yakni hari Selasa dan hari Jumat, sementara pedagang ingin berjualan setiap hari.

"Tidak bisa kita membuka pasar setiap hari karena itu melanggar aturan. Jadi pedagang kita kembalikan ke tempat mereka berjualan semula," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com