Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Para Bule Memainkan Wayang yang Tak Biasa untuk "Berkampanye"...

Kompas.com - 09/06/2014, 06:41 WIB
Kontributor Kediri, M Agus Fauzul Hakim

Penulis

KEDIRI, KOMPAS.com - Halaman sekolah alam Ramadhani di Kelurahan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur, sesak oleh warga, Minggu (8/6/2014) malam. Anak-anak hingga orang dewasa duduk bersila, tak sedikit dari mereka bahkan berdiri, menghadap pendapa kecil yang malam itu berubah fungsi menjadi sebuah panggung.

Anak-anak hingga orang dewasa itu sedang menonton pementasan wayang. Namun, ini bukan wayang biasa. Ada banyak hal tak biasa dalam pementasan malam itu. Lihat saja salah satu dialog yang diucapkan sang dalang, "Saya selalu bawa botol tempat air minum sendiri yang berfungsi untuk isi ulang air.”

Ketidakbiasaan pentas wayang ini sudah bermula dari bahan wayang itu sendiri. Wayang-wayang tersebut tak terbuat dari kulit binatang, kertas, maupun kayu.  Malam itu, wayang yang jadi tontonan warga tersebut berbahan sampah plastik seperti botol, sedotan, hingga kantong plastik.

Barang-barang bekas itu disusun sedemikian rupa hingga membentuk wajah manusia. Beberapa tokoh wayang bahkan tampil lengkap dengan gunungannya. Wayang ini juga menjadi tak biasa karena tak terlihat pelepah pisang memanjang yang biasa menjadi media untuk menancapkan wayang saat pementasan.

Wayang-wayang ini hanya diletakkan di lantai beralas. Dalang menggunakan sebuah meja kecil berbalut kain hitam seperti halnya latar belakang panggung. Pementasan itu pun menampilkan suguhan dalang yang tak biasa.

Bila biasanya pementasan wayang hanya punya satu dalang, maka pada malam itu ada dua dalang sekaligus dalam satu panggung. Kedua dalang bersama-sama menuturkan kisah pewayangan dengan komunikatif dan interaktif.

Sesekali, kedua dalang bahkan mengajak para penonton berdialog. Menjadi semakin tak biasa, dua dalang ini bukan orang Jawa. Mereka adalah dua perempuan asal mancanegara, yaitu Nora dari Hungaria dan Elena dan Spanyol.

Ketidakbiasaan juga ada pada para pemain musik pengiring wayang. Banyak dari mereka juga adalah bule. Salah satunya adalah Jemi, warga Amerika Serikat.

Ini memang bukan wayang sesuai pakem. Meskipun menggunakan wayang, penyebutan yang tepat untuk pementasan malam itu barangkali adalah story telling alias penuturan cerita. Kisah yang diangkat pun bukan tentang perang Baratayudha atau roman Rama dan Shinta.

Pada pentas Minggu malam itu, dua dalang bule bertutur tentang pentingnya menjaga alam dan mencintai lingkungan. Mereka bertutur pula tentang perilaku positif yang harus selalu dijaga, seperti membuang sampah pada tempatnya dan bagaimana seharusnya memperlakukan sampah terutama yang berbahan plastik.

Itulah kenapa kalimat yang muncul salah satunya adalah "Saya selalu bawa botol tempat air minum sendiri yang berfungsi untuk isi ulang air.” Sepanjang pementasan yang berlangsung sekitar satu jam, beberapa kali tepuk tangan meriah terdengar dari penonton. Tawa lepas pun tak jarang terdengar.

Tepuk tangan dan tawa itu muncul saat ada alur cerita yang lucu, atau ketika dua dalang bule itu mengucapkan kata-kata berbahasa Indonesia dengan logat asli mereka. Ibarat mendengar artis Cinta Laura sedang berbicara, barangkali merupakan penggambaran gampangnya untuk beberapa pengucapan kata yang tak biasa di telinga orang Indonesia tersebut.

Para dalang dan nayaga atau pemain musik pengiring wayang ini adalah mahasiswa Institut Seni Indonesia di Surakarta, Jawa Tengah. Rata-rata mereka adalah mahasiswa jurusan pedalangan dan karawitan yang sudah dua tahun belajar di kampus tersebut. Pementasan tak biasa di Kediri ini merupakan upaya mereka berkampanye tentang kepedulian lingkungan. Benar-benar tidak biasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com