Aksi corat-coret seragam sekolah, dilakukan jauh dari sekolahnya masing-masing. Sebab siswa khawatir diketahui oleh para guru.
Deddy Kurniawan, salah satu siswa SMK di Pamekasan mengatakan, aksi corat-coret dan sobek baju seragam merupakan bentuk perayaan setelah lulus dari sekolah. Apalagi nilainya memuaskan.
"Saya sangat senang setelah lulus dari bangku sekolah. Tiga tahun saya seperti di penjara karena harus setiap hari masuk sekolah," kata Deddy yang enggan disebut identitas sekolahnya.
Aksi sobek baju seragam itu, kata Deddy, sebagai ucapan selamat tinggal bangku sekolah. Selanjutnya dia akan menyambut dunia yang lebih bebas yakni perkuliahan.
Tahun ini, perayaan kelulusan untuk tingkat SMA sederajat di Kabupaten Pamekasan tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya. Sebab, masing-masing sekolah mengirimkan surat kelulusan ke rumah masing-masing siswa.
Selain itu, di masing-masing sekolah digelar pentas seni dan kreativitas siswa agar siswa betah di sekolah.
"Kalau ada siswa yang konvoi dan corat-coret seragam sekolah kemungkinan itu siswa sekolah swasta atau karena melanggar aturan di sekolahnya," kata Muhammad Tarsun, Kepala Bidang Pendidikan Menengah, Dinas Pendidikan Kabupaten Pamekasan.
Di Pamekasan, imbuh Tarsun, ada tiga siswa yang tidak lulus. Ketiganya siswa dari sekolah negeri. Ketidaklulusan siswa tersebut karena tidak mengikuti ujian sekolah.
Sementara, kriteria kelulusan tahun ini ditentukan dengan cara akumulasi nilai Ujian Nasional dan ujian sekolah. "Tahun ini jumlah siswa yang tidak lulus lebih sedikit dari tahun kemarin," ungkap Tarsun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.