Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Frans Lebu Raya Siap Dipasangkan Dengan Jokowi Dalam Pilpres

Kompas.com - 08/03/2014, 17:24 WIB
Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere

Penulis


KEFAMENANU, KOMPAS.com - Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Frans Lebu Raya mengaku siap menjadi calon wakil presiden berpasangan dengan Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon Presiden dalam pemilihan Presiden mendatang. Hal tersebut disampaikan Lebu Raya kepada Kompas.com di Kefamenanu, Sabtu (8/3/2014) siang.

Menurut Lebu Raya, sebagai kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, dirinya selalu siap bila diperintahkan oleh partai untuk mendampingi Jokowi.

“Memang akhir-akhir ini ada pendapat dari masyarakat NTT yang menggandengkan Jokowi dan saya (Frans Lebu Raya) menjadi Capres dan Cawapres dan tentu secara pribadi saya menyampaikan terima kasih atas apresiasi itu. Soal kesiapan, saya selalu bilang bahwa saya ini kader PDI Perjuangan, karena itu tentu tergantung pada perintah dan penugasan dari partai,” kata Lebu Raya.

Menurut Frans, pendapat masyarakat itu sangat bermanfaat bagi daerah NTT, karena masyarakat NTT tidak boleh lagi berpikir rendah diri dan terbelakang tetapi harus optimis dalam segala hal.

“Kalau dengan pak Jokowi kami berdua selalu komunikasi bagus dan intensif. Ada beberapa hal yang membuat kami berdua akrab yakni sama-sama kader PDI Perjuangan, juga sesama gubernur serta saat ini kita sedang membangun kerja sama di sejumlah sektor,” ujarnya.

Diberitakan sebelumnya Laskar Indonesia Baru (LIB) Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), menilai Gubernur NTT Frans Lebu Raya layak menjadi bakal calon wakil presiden untuk mendampingi Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo pada Pemilu Presiden 2014. Mereka menilai kualitas kepemimpinan Frans tak kalah dengan para elite politik tingkat nasional.

“Salah satu kelebihan Frans Lebu Raya itu adalah menjadi simbol pemersatu semua perbedaan yang ada di NTT. Dia mampu menggandeng tiga provinsi (Bali, NTB, dan NTT) dalam sebuah wadah Sunda kecil," papar Ketua LIB, Kornelis Moa Nita, Minggu (23/2/2014) malam.

Menurut Kornelis, kondisi NTT juga menjadi nilai tambah untuk Frans. Memimpin NTT, ujar dia, memperlihatkan pula bahwa Frans mampu memimpin wilayah kepulauan yang berbeda secara geografis dan topografis dengan daratan Jakarta. Kornelis menilai Frans layak menjadi wakil presiden, atau sekurang-kurangnya menteri. Frans, kata dia, mampu mengajak provinsi di kawasan Indonesia timur untuk mendesak pemerintah pusat tak mengabaikan kawasan Indonesia timur.

"Saya rasa itu adalah satu gebrakan yang luar biasa,” kata Kornelis.

Pola diplomasi Frans kepada pemerintah pusat dan Timor Leste maupun Australia, menurut Kornelis, juga layak diapresiasi.

”Terobosan-terobosan Frans dalam membangun NTT sudah ditunjukkan dan saya rasa perlu diapresiasi. Dan, saya kira dari sejumlah nama-nama pemimpin muda yang disebut-sebut sebagai calon presiden dan wakil presiden, Frans pantas dan layak juga dimasukkan,” papar Kornelis.

Soal isu SARA yang belakangan berembus terkait Frans, Kornelis menyebutnya sebagai senjata yang jamak dipakai mengalahkan kaum minoritas. ”Memang ini ibaratnya menabrak tembok karakter budaya politik mayoritas di Indonesia. Tetapi, sebagai sebuah gebrakan politik, kita perlu menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara demokrasi yang berdasarkan Pancasila dan pluralisme," tepis dia.

Pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama di kepemimpinan DKI Jakarta, kata Kornelis, telah melunturkan anggapan bahwa politik di Indonesia hanyalah milik mayoritas.

Sebelumnya, nama Frans juga sudah disinggung terkait suksesi kepemimpinan nasional ini. Beberapa waktu lalu, politisi Partai Golkar, Siswono Yudhohusodo, menyebut Frans merupakan salah satu tokoh alternatif. Kornelis mengaku paparannya soal kelayakan Frans merupakan tanggapan atas pernyataan Siswono tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com