Kaswadi (32), ayahanda Dimas melalui pesan singkat mengabarkan kepergian anak semata wayangnya itu untuk selama-lamanya. "Sudah tidak tertolong. Tadi jam 06.05wib meninggal," kata Kaswadi.
Saat ini jenazah dalam perjalanan dari RSUP Kariadi ke rumah duka di Ungaran. Namun belum diperoleh keterangan kapan Dimas akan dikebumikan.
Dimas (9) anak tunggal Kaswadi dan Praptini menderita tumor William. Hampir setahun menahan sakit, anak buruh bangunan itu luput dari perhatian pemerintah.
Pernah dirawat di RSUP Kariadi selama 15 hari, namun tak mendapatkan penanganan medis yang semestinya. Rumah sakit berdalih kuota Jamkesda sudah habis untuk rawat inap, sedangkan tindakan kemoterapi tidak tercover Jamkesda.
Dengan terpaksa Dimas dirawat alakadarnya di rumah oleh ibunya. Beberapa bulan kemudian, Kaswadi mengurus Jamkesmas agar Dimas bisa dirawat di rumah sakit lagi. Bahkan Kaswadi mengurus sendiri sampai ke Jakarta, agar kartu Jamkesmas itu lebih cepat dikeluarkan.
Namun sayang, saat akan digunakan, kartu Jamkesmas itu ditolak rumah sakit lantaran ada peralihan Jamkesmas ke BPJS. Walhasil, orangtua Dimas harus kembali mengurus BPJS.
Pada saat yang bersamaan, kondisi Dimas makin parah. Perutnya makin membuncit dan kedua kakinya membengkak. Aktivitasnya dihabiskan di atas kursi roda, mulai dari makan, tidur sampai buang air besar.
Setelah diberitakan, barulah Dimas mendapatkan perhatian publik, mulai dari politisi sampai Bupati Semarang. Bupati Mundjirin, memerintahkan Dinas Kesehatan mengurus Dimas sampai bisa tertangani secara medis dengan baik.
Tiga hari lalu Dimas akhirnya bisa kembali dirawat di RSUP Kariadi Semarang setelah sebelumya menunggu selama dua hari di RSUD Ungaran. Namun sayang, ajal lebih awal menjemput Dimas.