Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menangkal Banjir dan Longsor ala Abdullah

Kompas.com - 20/01/2014, 17:13 WIB
Kontributor Polewali, Junaedi

Penulis


POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com
 — Merasa terusik karena lingkungan di sekitar desanya gersang dan panas serta kekhawatiran akan banjir dan longsor, Abdullah tergerak untuk menghijaukan desanya, Desa Papandangan, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat.

Abdullah mengawalinya dengan menanam 2.000 pohon sengon. Dia tidak berkecil hati meskipun warga sekitar mencibirnya. Maklum, ketika itu warga sibuk membabat hutan untuk menanam cokelat dan cengkeh yang memiliki nilai ekonomis dan masa depan yang lebih tinggi.

Sampai hari ini, Abdullah telah berhasil menghijaukan lebih dari 200 hektar lahan kritis di hutan desanya. Berkat usahanya itu, dia beberapa kali mendapat penghargaan sebagai tokoh penyelamat lingkungan tingkat provinsi dan nasional.

Abdullah mengisahkan, tujuh tahun lalu kondisi Desa Papandangan dan sekitarnya gersang dan gundul. Hutan hanya ditumbuhi alang-alang dan rumput. Ketika musim hujan datang, banjir dan longsor selalu terjadi.

Namun sejak lima tahun terakhir, desa itu tidak pernah lagi kebanjiran. Ribuan pohon yang ditanam Abdullah telah berhasil menahan air. Warga tidak lagi waswas desa mereka bakal diterjang banjir. Suhu udara pun lebih sejuk dan bersahabat.

Berbagai jenis pohon kini tumbuh di hutan desa. Ada pohon durian, mangga, duku, dan berbagai jenis buah lainnya. Belum lagi tanaman pohon lain yang bernilai ekonomis.

Menurut Abdullah, ada sejumlah pengusaha yang menawarkan harga tinggi untuk membeli lahan tersebut. Bagi Abdullah, harga yang ditawarkan cukup fantastis, yakni Rp 400 juta per hektar. Namun, ayah lima anak itu tidak tergoda.

"Pohonnya masih kecil. Nanti kalau yang membeli itu menebang secara serampangan, sia-sia usaha saya menanaminya," kata Abdullah tentang alasannya menolak menjual lahan itu.

Dia baru mau menjual kayu-kayu itu jika pohonnya sudah cukup umur untuk ditebang, dan dia menggantinya dengan pohon baru. Dengan begitu, katanya, lingkungan tidak rusak.

Lelaki kelahiran 31 Desember 1960 itu bersyukur karena dia kini tidak lagi bekerja sendirian. Warga desa yang semula mencibirnya sudah tertarik mengikuti jejak Abdullah. Mereka malah belajar dari dia dan menanam pohon apa saja di desanya.

"Saya saja sudah tanam 2.000 pohon sengon, 300 pohon nato, 400 pohon jati putih, dan 100 pohon mahoni. Belum lagi kelompok saya yang juga sudah menanam pohon jumlahnya puluhan ribu," beber Abdullah.

Yang dikeluhkan Abdullah saat ini adalah sulitnya pengadaan bibit pohon. Menurut Abdullah, selain memerlukan kesabaran dan waktu yang lama, membuat bibit pohon kayu siap tanam bukanlah perkara mudah di tengah tingginya permintaan warga desa untuk menanam pohon guna membenahi kerusakan lingkungan di desa masing-masing.

Pada Agustus 2013 lalu, Abdullah dinobatkan sebagai tokoh penyelamat lingkungan tingkat nasional di Bogor, Jawa Barat. Akhir tahun 2013 lalu, Abdullah kembali dianugerahi penghargaan oleh Pemerintah Provinsi Sulbar dan Pemkab Polewali Mandar sebagai tokoh penyelamat lingkungan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com