Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenhut Datangkan Ahli Perilaku Hewan untuk Selidiki Singa Mati di KBS

Kompas.com - 11/01/2014, 17:10 WIB
Kontributor Surabaya, Achmad Faizal

Penulis


SURABAYA, KOMPAS.com — Kepolisian kesulitan mengungkap fakta dari kasus kematian Singa jantan di Kebun Binatang Surabaya (KBS), Jawa Timur. Pasalnya, Kepolisian tidak bisa melakukan olah tempat kejadian perkara. Untuk itu, ahli perilaku hewan akan diminta membantu penyelidikan.

Kapolrestabes Surabaya Kombes Polisi Setija Junianta mengaku bahwa timnya kesulitan mengungkap fakta karena TKP kandang satwa asal Afrika itu, saat akan dilakukan olah TKP sehari setelah singa ditemukan mati, ternyata sudah tidak murni alias sudah rusak.

"Terpaksa kami hanya mengandalkan keterangan saksi yang berkompeten, yang mengarah pada kejadian sebenarnya," kata Setija di Surabaya, Sabtu (11/1/2014).

Meski demikian, Setija yakin bahwa pihaknya mampu menyelidiki kematian Singa berusia 1,5 tahun bernama Michael itu. Pasalnya, kasus tersebut menjadi atensi masyarakat, termasuk Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

Secara terpisah, Ketua Tim Investigasi kematian Singa KBS dari pihak Kemenhut Hariono menolak berspekulasi tentang penyebab kematian Michael. Pihaknya akan mendatangkan ahli perilaku binatang untuk menganalisis penyebab kematian Micheal.

"Ini penting untuk memperkuat analisis sebelum ditarik kesimpulan," kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam itu.

Seperti diberitakan, Michael ditemukan mati di kandangnya, Selasa (7/1/2014) pagi. Michael mati karena bagian lehernya terjerat tali sling pintu kandangnya sendiri. Dia ditemukan dalam posisi menggantung dengan kepala di bagian atas layaknya posisi orang yang mati bunuh diri. Sling berbahan timah itu memutar menjerat lehernya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com