Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seniman Minta Pengelola KBS Terbuka soal Singa Mati

Kompas.com - 10/01/2014, 14:57 WIB
Kontributor Surabaya, Achmad Faizal

Penulis


SURABAYA, KOMPAS.com — Matinya Michael, singa jantan Kebun Binatang Surabaya (KBS) yang dinilai tidak wajar menyulut protes sejumlah kalangan, termasuk komunitas seniman Surabaya.

Komunitas budaya Arek Surabaya mendesak pengelola KBS memberikan laporan kepada publik soal kematian singa berumur 1,5 tahun itu secara transparan dan "blak-blakan".

Desakan itu disampaikan para seniman Surabaya itu melalui aksi damai di depan KBS, Jumat (10/1/2014). Selain membentangkan poster bernada protes serta berbagai atribut aksi, para seniman juga memainkan musik tabuh.

"KBS yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) harus bertanggung jawab kepada publik karena perusahaan tersebut dibiayai oleh uang rakyat," kata koordinator aksi, Taufik Monyong.

Taufik mengatakan, kematian satwa di KBS tidak hanya sekali itu saja, tetapi seperti agenda rutin yang direncanakan. Karena itu pihaknya juga mendesak kepolisian untuk mengusut tuntas ada apa di balik matinya satwa di KBS.

"Jika PTDS tidak mampu mengelola KBS, biar lembaga profesional saja yang mengambil alih agar satwa dapat hidup sejahtera dan fungsi konservasi lebih optimal," tegasnya.

Menurut Taufik, polisi harus bekerja secara profesional dan independen. Tidak boleh ada pihak yang mengintervensi kinerja polisi dalam mengungkap kematian singa Afrika itu.

Michael ditemukan mati di kandangnya, Selasa (7/1/2014) pagi. Michael mati karena lehernya terjerat tali sling pintu kandangnya. Dia ditemukan dalam posisi ekstrem, yakni menggantung dengan posisi kepala di bagian atas layaknya posisi orang yang mati bunuh diri.

Sling berbahan timah itu memutar menjerat leher Michael. Atas kematian ini, koleksi singa KBS kini tinggal lima ekor. Empat ekor di antaranya betina dan seekor lagi jantan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com