Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Foto Porno, Wujud Kebanggaan Semu Anggota Kepolisian

Kompas.com - 11/11/2013, 13:15 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com —
Institusi kepolisian kembali diguncang tindakan tak biasa yang dilakukan anggotanya. Belum lama ini, masyarakat dihebohkan peredaran foto porno yang dilakukan polwan yang juga sekretaris pribadi (sespri) Kapolda Lampung dan seorang kapolsek berinisial MS dari Wonogiri, Jawa Tengah.
 
Menanggapi kejadian tersebut, psikolog forensik, Reza Indragiri, mengatakan, keduanya mengindikasikan adanya kebanggaan semu pada diri anggota kepolisian. "Hal ini bisa dilihat dari foto yang memasukkan seragam polisi di dalamnya. Seragam dan simbol pangkat tersebut ternyata memiliki efek bangga diri (chauvinism) dalam hati para anggota kepolisian," ujarnya saat dihubungi, Minggu (10/11/13).
 
Seragam dan simbol kepangkatan, tambah Reza, mengakibatkan seseorang merasa lebih dibanding orang lain. Hal ini terlihat nyata pada kasus foto bugil polwan meski seragam tersebut tidak sedang digunakan. Apalagi, tambah Reza, polwan yang berhasil menjadi sespri sudah pasti memiliki kelebihan, baik dari sisi fisik maupun mental, dibanding anggota lainnya.
 
Hal senada terjadi pada foto kapolsek yang tengah mengenakan seragam sambil memegang alat kelaminnya. Kebanggaan yang timbul menyebabkan seseorang merasa bisa melakukan segalanya, padahal belum tentu hal tersebut bisa terjadi.
 
"Kalau dalam kasus foto kapolsek, mungkin saja dia mengalami psikogenik impotensi, yaitu saat dia bisa merasa lebih baik dalam hal seksualitas, padahal apa yang dilakukan sudah maksimal. Karena itu, dia berpose memegang alat kelamin sambil tetap mengenakan seragam polisi," kata Reza.
 
Kedua kejadian ini menjadi tolok ukur betapa besar kebanggaan seseorang saat menjadi anggota kepolisian. Sayangnya, tak semua kebanggaan berujung positif, dengan wujud nyata pelayanan maksimal terhadap masyarakat. Sebagian berdampak negatif dengan wujud merasa lebih dan mampu dibanding orang lain sehingga bertindak menyimpang dari norma dan aturan yang berlaku di masyarakat. 
 
Dampak negatif ini tentunya tidak baik bagi masa depan kepolisian, yang menjadi mercusuar bagaimana bertingkah laku sesuai dengan aturan yang ada. Citra polisi sebagai pengayom masyarakat juga terancam hancur karena para anggotanya tidak bisa melayani dengan baik.
 
Kondisi ini tentunya harus diperbaiki sedini mungkin. "Perbaikan bisa dilakukan sejak tes kejiwaan saat masuk menjadi anggota kepolisian. Para peserta diuji seberapa besar rasa kebanggaan tersebut masuk ke jiwanya bila berhasil menjadi anggota polisi. Hal ini sekaligus untuk mengetahui, seberapa mampu dirinya mengatasi rasa bangga yang muncul kemudian," kata Reza.
 
Terkait pelaku dalam kedua foto tersebut, Reza mengatakan, keduanya tentu tidak bisa diberi terapi atau mendapat tindakan yang sama. Kedua pelaku memang sebaiknya melakukan konsultasi mengapa sampai melakukan tindakan tersebut. Selanjutnya, terapi diberikan berdasarkan hasil konsultasi yang ada.
 
"Kasus yang melibatkan kondisi emosi seseorang tidak bisa disamaratakan, termasuk dalam kasus foto porno anggota kepolisian. Yang jelas, kasus ini menjadi peringatan pentingnya mengetahui kondisi kejiwaan anggota kepolisian, sebelum mereka bertugas di masyarakat," kata Reza.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com