Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerbau Doti Membawa Daud Jadi Seorang Miliarder

Kompas.com - 28/10/2013, 17:26 WIB
Kontributor Polewali, Junaedi

Penulis


MAMASA, KOMPAS.com - Banyak peluang dan jalan halal untuk menjadi kaya raya, tak perlu korupsi. Di Mamasa, Sulawesi Barat, seorang warga, Daud Tandiarwan menjadi miliarder dengan beternak kerbau. Dalam tempo tak lebih dari 10 tahun, belasan ekor kerbau miliknya kini sudah mencapai Rp 4 miliar lebih. Beberapa di antaranya adalah kerbau doti atau tedong doti.

Sepuluh tahun yang lalu, Daud Tandiarwan baru memiliki satu ekor kerbau, itu pun harta warisan dari orangtuanya. Semula, kerbau miliknya diternakkan bersama kerbau milik orangtua dan saudaranya di sebuah kandang di Mamasa, Sulawesi Barat. Namun berkat ketekunannnya belajar beternak dan memelihara kerbau secara otodidak, Daud kini sudah memiliki belasan ekor kerbau, termasuk beberapa ekor kerbau doti atau kerbau belang hasil persilangan yang nilai jualnya bisa mencapai Rp 1 miliar lebih.

Menurut Daud, bukan semata timbangan dan berat dagingnya yang membuat kerbau doti menjadi mahal atau memiliki harga yang fantastis, tetapi kekhasan corak warna dan bulu kerbau doti ini yang oleh masyarakat Mamasa dan Toraja dipercaya sebagai pembawa berkah dan rezeki tersendiri. Bagi masyarakat Toraja, mempersembahkan tedong (kerbau) doti adalah sebuah persembahan terbaik untuk leluhur. Masyarakat Toraja dan Mamasa meyakini mempersembahkan tedong doti yang mahal akan membuahkan pahala yang besar pula. Tak heran jika kerbau doti yang beratnya mencapai satu ton ini menjadi incaran warga.

Memiliki kerbau doti menjadi salah satu gengsi tersendiri bagi warga Mamasa dan Toraja. Kerbau biasa di Mamasa saja nilai jualnya bisa mencapai Rp 80 juta hingga Rp 350 juta per ekor, tergantung umur dan bobot badannya. Sementara kerbau belang atau kerbau doti yang memiliki warna bulu khas bisa mencapai Rp 1,2 miliar seperti yang pernah dijual warga Toraja dalam persembahan pesta kematian untuk menghormati leluhur mereka yang telah meninggal.

Bagi maasyarakat Mamasa, menghasilkan tedong doti tidak semata karena usaha, tetapi juga ada faktor keberuntungan. Sebab, banyak peternak tedong doti justru tak menghasilkan anakan tedong doti, melainkan hanya kerbau biasa yang nilai jualnya murah.

Berawal dari baca buku kiat usaha

Untuk memelihara dan membesarkan tedong doti, Daud mengaku hanya memberi rumput segar yang bebas pestisida. Dia juga memandikan doti setiap hari dengan menggunakan sabun dan sampo layaknya manusia. Selain melakukan kontrol rutin setiap hari oleh lima pekerja yang digaji khusus, Daud juga memanfaatkan jasa petugas Dinas Peternakan setempat untuk melakukan check up atau kontrol kesehatan pada kerbau peliharaannnya.

Usaha beternak kerbau doti diawali Daud yang mantan kepala Dinas Perhubungan Mamasa ini dari membaca sebuah buku tentang kiat berusaha. Saat ini, harga termurah satu ekor kerbau biasa yang baru berumur enam bulan bisa mencapai Rp 50 juta per ekor. Sedang yang berukuran besar bisa mencapai Rp 350 juta per ekor. Kerbau belang atau tedong doti yang memiliki kesempurnaan bulu dan warna belang yang khas, harganya bisa mencapai Rp 1 miliar lebih.

Harga termurah kerbau doti yang pernah dijual Daud, mencapai Rp 750 juta. Kerbau ini dibeli pengusaha asal Toraja belum lama ini.

“Kerbau doti termahal yang sudah saya jual nilainya mencapai Rp 750 juta per ekor, di tempat lain yang kerbau belangnya lebih bagus, harganya bisa mencapai satu miliar lebih,” jelas Daud.

Dari belasan ekor kerbau miliknya, termasuk kerbau biasa, jika ditaksir totalnya bisa mencapai Rp 4 miliar lebih. Daud tak hanya mendapatkan keuntungan ekonomis dari hobinya beternak kerbau doti, tapi juga sudah mepekerjakan sedikitnya lima pegawai dengan gaji yang lumayan besar untuk ukuran di desa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com