Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi Drumblek Pukau Pengunjung Obyek Wisata Tlogo Putri Kaliurang

Kompas.com - 08/09/2013, 09:00 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Semua orang pasti pernah melihat atraksi "drumband", kalaupun belum, setidaknya pernah mendengar istilah itu.

Namun jika "drumblek", tentu sangat asing ditelinga kita . Drumblek hampir menyerupai Drumband hanya pembedanya adalah alat musik yang digunakan dan kostum yang dipakai pemainnya.

Semua personel drumblek menggunakan "Blek" (kaleng) sebagai alat musik. Kostum yang digunakan pun dari barang bekas.

Termasuk tongkat komando yang digunakan oleh sang mayoret, hanya menggunakan sikat WC yang ujungnya diberi koran berwarna.

Unik, kreatif dan membuat gelak tawa penonton, itulah yang ditampilkan warga Ngloji, Kaliurang Timur dalam acara Kaliurang Art Carnival Sabtu (7/9/2013) sore.

Belasan warga Ngloji, tua muda bahkan anak-anak mengenakan kostum dari bungkus plastik bekas.

Alat musik yang digunakan berasal dari kaleng dan galon air mineral bekas.

Tri Basuki sang komandan dengan membawa tutup panci di kedua tanganya memimpin barisan drumblek.

Setiap gerakan dan lagu yang dimainkan personil drumblek digarap serius, bahkan lagu-lagu kemerdekaan dimainkan sempurna ala drumblek.

Sesekali permainan diselingi lawakan dari sang Komandan , Tri Basuki.

Spontan para penonton yang ada di taman parkir obyek wisata Tlogo Putri bertepuk tangan.

"Namanya drumblek karena suara "blek" (kaleng) yang dipukul. Ini sederhana namun menarik, ya sebenarnya karena kita tidak sanggup beli alat drumband saja," ujar Basuki sambil tersenyum.

Ia memaparkan, kaleng roti yang digunakan didapat dari sisa hari raya Lebaran, sedangkan untuk bungkus plastik diambil dari sampah yang dibuang di sekitar wisma-wisma di Kaliurang.

"Semuanya barang bekas, kita memanfaatkan apa yang bagi orang lain tidak menarik," tambah dia.

Lewat pertunjukan drumblek ini Tri Basuki dan warga Ngloji Kaliurang Timur, ingin mengajak semua masyarakat dan wisatawan untuk menjaga alam.

Tidak membuang sampah sembarangan, terlebih lagi saat berada di obyek wisata alam.

Menurut,guru Kesenian di SD Kaliurang 1 ini jika manusia mampu mencintai dan merawat Alam, maka alam tidak akan mencelakai penghuni bumi. Hidup selaras dengan alam itu kuncinya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com