Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Telanjur Tercemar, Alasan Rancaekek Dipilih Jadi Kawasan Industri Terpadu

Kompas.com - 17/03/2016, 15:54 WIB
Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com — Pencemaran limbah di Sungai Citarum dan sungai lainnya di Kabupaten Bandung terbilang parah. Hal ini disebabkan oleh pembuangan limbah dari industri, rumah tangga, dan sampah.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, Pemprov Jawa Barat akan membangun kawasan industri terpadu. Bentuknya berupa kawasan industri, seperti Bekasi dan Karawang. Tempatnya ada di Rancaekek.

"Rancaekek, sawahnya (telanjur) tercemar. Sudah kami bahas, ada lampu hijau dari agraria dan tata ruang," ujar Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar di Gedung Sate, Bandung, Kamis (17/3/2016).

Deddy mengungkapkan, saat ini ada ratusan pabrik di tempat berbeda. Limbah mereka dibuang ke sungai yang berbeda. Kondisi ini membuat pengawasan menjadi lebih susah.

"Saya kira tidak ada perencanaan mambangun kawasan industri di daerah tersebut (Kabupaten Bandung). Yang penting, bagaimana ada serapan tenaga kerja dan PAD (pendapatan asli daerah), tidak melihat dampak lingkungan hidupnya yang berat," ucapnya.

Hal tersebut diperparah dengan minimnya pengawasan dari pemberi izin, ditambah lagi penegakan hukum lingkungan yang masih sangat lemah. Dengan pembangunan kawasan industri, pengawasan akan lebih mudah. Untuk kawasan tersebut, lahan akan disiapkan hingga seluas 1.000 hektar.

"Sebanyak 750 hektar sawah, kalau perlu 1.000 hektar. Yang penting, lahan pengganti pertanian. Mau pindah di mana pertanian. Kita butuh dana yang besar," ucapnya.

Salah satu warga Rancaekek, Olih Solihin (53), menceritakan nasib sawah di Rancaekek. Ia mengaku, sejak tahun 1991, sawah yang digarapnya kerap gagal panen. Alasannya karena satu hal, yakni tercemar limbah salah satu pabrik besar di Bandung, PT Kahatex, yang berdiri sekitar tahun 1991.

Sejak berdiri, PT Kahatex diduga membuang limbahnya langsung ke Sungai Cikijing. Padahal, aliran Sungai Cikijing merupakan sumber utama pengairan sawah di Rancaekek dan sekitarnya. Akibat limbah yang di antaranya mengandung BOD dan COD ini, padi yang ditanam mati. Kalaupun hidup, padi yang dihasilkan akan kempes alias gagal panen (puso).

"Sawah yang lain lebih parah. Ada yang sama sekali tidak bisa ditanam. Sekarang, nasibnya ditelantarkan begitu saja. Kasihan pemiliknya," ucapnya belum lama ini.

Olih mengaku tidak tahu luas sawah yang tidak bisa ditanami.

"Lega pisan (luas banget), enggak tahu berapa ratus hektar," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com