"Saya dan keluarga tetap optimistis dia selamat, walaupun masih sedikit harapan. Tetapi bila memang tidak selamat, kami berharap pihak maskapai atau pemerintah bisa memulangkan jasad istriku," harapnya ketika dihubungi melalui telepon selulernya, Senin (17/8/2015) sore.
Harianto mengaku sangat kaget setelah menerima informasi jatuhnya pesawat Trigana Air yang ditumpangi istrinya. Pasalnya, ia masih berkomunikasi dengan istrinya sebelum pesawat terbang.
"Hari Minggu saya komunikasi pukul 13.30 WIT, setelah itu teleponnya disuruh matikan karena mau terbang menuju Oksibil. Kemudian pukul 14.55 WIT saya kontak, handphone istriku sudah tidak aktif lagi. Saya hubungi keluarga yang di Oksibil mereka bilang istriku sudah tidak ada," ujarnya.
Kepergian istrinya ke Oksibil, lanjut Harianto, untuk bekerja di industri rumahan atau usaha roti. "Ada keluarga di sana yang ajak ke Oksibil. Dia berangkat setelah keluarga di sana mengirimkan uang Rp 1,9 juta untuk tiket pesawatnya," katanya.
Harianto menambahkan, istrinya berangkat ke Jayapura bersama adik perempuannya pada 28 Juli 2015.
Wa Ode Suriana meninggalkan dua anak laki-laki umur 13 tahun dan perempuan usia 9 tahun.
"Saya masih menunggu kabar pastinya, belum bisa ke Jayapura kecuali pihak maskapai membiayai pemberangkatanku ke sana," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, empat warga kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra) menjadi penumpang pesawat Trigana Air yang jatuh di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua pada Minggu (16/8/2015).