Baidawi, salah satu petani asal Desa Kodik, mengatakan, tanaman tembakau tahun-tahun sebelumnya berdaun lebat tidak seperti musim sekarang. Tahun ini, tembakau petani banyak yang kerdil dan daunnya kecil-kecil serta cepat berbunga.
“Semua petani belum tahu apa penyebabnya. Padahal berbagai obat-obat pestisida dan insektisida sudah digunakan. Namun tidak ada hasilnya,” ujarnya, Jumat (14/8/2015).
Musappak, petani lainnya asal Desa Samiran menuturkan, kerusakan tembakau tidak hanya terjadi pada milik petani saja, tetapi juga milik perusahaan tembakau yang dikerjakan oleh petani. Semua kebutuhan mulai dari penggarapan tanah, penggunaan bibit dan benih serta obat-obatannya, sudah berdasarkan arahan dari pabrik.
“Tidak ada bedanya antara tanaman tembakau milik pabrik dengan milik petani. Semuanya sama-sama mengalami kerusakan,” kata Musappak.
Jika mengacu pada tahun sebelumnya, tanaman tembakau milik Musappak, mencapai 700 kilo lebih. Tahun ini, diperkirakan hanya mendapat 50 kilo saja dari dua lahan yang ditanaminya.
“Jika dikalkulasi dengan biaya yang sudah saya keluarkan, kerugiannya sudah bisa dihitung. Perkiraan saya rugi antara Rp 10 juta-Rp 15 juta,” imbuh Musappak.
Kepada petugas Dinas Pertanian dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan setempat, petani sudah mengeluh soal kerusakan tersebut. Namun pihak dinas sama-sama tidak bisa menjelaskan penyebab kerusakan tembakau.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pamekasan Ajib Abdullah belum mendapat laporan terkait kerusakan tembaku petani dari petugas di lapangan. Pihaknya berjanji akan segera mengecek ke lapangan.
“Saya tidak tahu kalau ada tembakau petani rusak,” ujar Ajib.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.