Praktik curang pengelola SPDN ini memicu kekecewaan nelayan tradisional. Mereka berharap diperlakukan secara adil. Contohnya Jufri, salah satu nelayan Kolaka ini mengaku, setiap pembelian 10 liter solar takarannya selalu berkurang antara 3 sampai 4 liter. Pengurangan takaran juga terjadi pada pembelian solar dalam jumlah yang banyak.
“Bandingkan saja, kalau kita isi drum yang 200 liter itu pasti kurang. Kan pernah saya ceritakan toh, juga tidak ada responsnya. Dalam satu jerigen itu kekurangannya sampai 4 liter," ungkap Jufri, Rabu (4/12/2013).
Jufri meminta pemerintah untuk tidak tinggal diam dengan masalah ini. Para nelayan memiliki hak penuh untuk mendapatkan solar di SPDN. Para nelayan, kata dia, sebenarnya sudah lama bersabar dengan sistem bergilir pembagian jatah solar yang dilalukan pihak SPDN.
Secara terpisah, petugas SPDN Dermaga Kolaka, Yusuf membantah tudingan nelayan terkait pengurangan takaran liter tiap pembelain solar. Menurutnya, setiap pengisian yang menggunakan liter, selalu saja dilihat oleh nelayan itu sendiri.
“Tidak mungkin kita lakukan pengurangan liter. Setiap pengisian pakai liter itu ada nelayan yang lihat. Kalau dikurangi, pasti mereka protes dan hal ini tidak mungkin kita lakukan,” cetusnya.
Terkait kerusakan pompa pengisian atau nozzle, Yusuf mengakuinya. Namun, kata dia, setiap pengisian yang menggunakan nozzle, takarannya bahkan selalu berlebih.
“Kalau pakai nozzle itu selalu saja lebih takarannya karena memang nozzle yang kita gunakan itu sudah tidak stabil. Sebenarnya pemakaian nozzle hanya untuk memperlancar dan biar cepat proses pengisian tangki kapal nelayan,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.