Prof Kaswian, dokter spesialis anestesi RSHS Bandung, mengatakan, mulut Ginan harus menganga lantaran menahan beban dari saudara kembarnya yang keluar dan menempel lewat mulut.
"Ternyata parasitnya cukup besar jadi mulut Ginan tidak bisa menutup," ujar Kaswian saat konferensi pers di RSHS Bandung, Rabu (25/9/2013).
Selain itu, dokter spesialis bedah anak RSHS Bandung, Dicky Drajat, menambahkan, tidak menutupnya mulut bayi Ginan karena bagian bayi yang bersifat parasit atau tumor berjenis epicnatus teratoma menempel di dalam mulut bagian atas, menyambung mulai dari lidah sebelah kiri hingga ke bawah. Bagian yang menempel tersebut akhirnya memengaruhi pertumbuhan rahang bawah sehingga terbiasa menganga.
"Terbentuknya bisa sejak dari dalam kandungan. Jadi sendi rahang berada tidak pada tempatnya," ungkap Dicky.
Untuk mengembalikan fungsi rahang agar bisa menutup kembali, kata Dicky, perlu menunggu observasi pasca-operasi. Selain itu, tidak menutup kemungkinan, jika perlu, operasi lanjutan untuk merekonstruksi kembali struktur rahang bawah bayi Ginan sesuai dengan fungsinya dengan penanganan khusus dari dokter bedah plastik.
"Yang terpenting saat ini adalah menyelamatkan nyawa terlebih dahulu dan membebaskan jalan napas agar tidak terganggu," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.