Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Dunia Puji Program Monorel Surabaya

Kompas.com - 19/09/2013, 23:15 WIB
Agnes Swetta Br. Pandia

Penulis

Sumber KOMPAS

SURABAYA, KOMPAS.com- Progres rencana pembangunan sistem transportasi massal berupa trem dan monorel di Kota Surabaya, mendapatkan apresiasi positif dari Bank Dunia. Apresiasi positif tersebut disampaikan oleh utusan dari Bank Dunia perwakilan Asia Pasifik pada Kamis (19/9/2013) di Balai Kota Surabaya. Mereka ditemui oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

Kabag Kerjasama Pemkot Surabaya, Ifron Hady Susanto, mengatakan, kedatangan pihak Bank Dunia ke Surabaya untuk mengetahui perkembangan pembangunan sistem transportasi massal. Kegiatan itu termasuk mendiskusikan kendala yang dihadapi Pemkot Surabaya dalam realisasi pembangunan trem dan monorel.

Utusan Bank Dunia ingin melihat perkembangan dan meminta Wali Kota Surabaya menyampaikan apa saja masalah yang perlu dituntaskan. Bank Dunia akan terus memantau perkembangannya karena ini proyek besar.

Menurut Ifron, Bank Dunia sejak awal memberikan perhatian dengan aktif membantu untuk menyempurnakan Feasibility Study (FS) pembangunan trem dan monorel. Apalagi, bagi Pemkot Surabaya, trem dan monorel masih merupakan hal baru. "Sejak awal, mereka perhatian dengan terus melakukan pendampingan, karena monorel dan trem masih baru di Indonesia," katanya.

Dijelaskan Ifron, pembangunan trem dan monorel menjadi target prioritas bagi Pemkot Surabaya untuk segera direalisasi. Pasalnya, dengan jumlah penduduk yang terus bertambah dan peningkatan volume kendaraan yang tidak sebanding dengan penambahan jalan baru, Kota Surabaya terancam menjadi kota statis jika tidak memprioritaskan pembangunan trem dan monorel. Proyek tersebut memang menjadi prioritas karena pertumbuhan kendaraan dan jalan tidak sebanding, sehingga kemacetan mulai mengkhawatirkan. Kota Surabaya akan lumpuh dan kehidupan menjadi biaya ekonomi tinggi seperti di Jakarta.

Dalam kesempatan tersebut, Ifron Hady Susanto juga merespons keputusan pemerintah pusat meluncurkan mobil murah dan ramah lingkungan atau low cost and green car (LCGC). Menurut Ifron, pemerintah pusat seharusnya berpikir ulang. Sebab, keberadaan mobil murah jelas akan menimbulkan dampak kemacetan parah di kota besar seperti di Surabaya.

"Paling penting transportasi massal. Di hampir semua negara maju sudah melakukannya. Harusnya yang didorong itu transportasi massal. Ini salah satu solusi yang ditawarkan supaya kecametan bisa direm sedikit," katanya.

Dalam pertemuan di ruang kerja Wali Kota Surabaya tersebut, utusan Bank Dunia memberikan pujian terkait keputusan Pemkot Surabaya untuk menggunakan tenaga staf sendiri dalam mengerjakan proyek-proyek. Di kota-kota lain, keberadaan konsultan masih menjadi pilihan utama dalam pembangunan proyek.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyampaikan kembali apresiasi dari pihak Bank Dunia tersebut, dan meminta jajaran Pemkot Surabaya tidak ragu dan takut untuk terus berkembang menjadi lebih baik. "Kalian dengar sendiri kan mereka memberikan pujian. Karena itu, jangan capek untuk terus belajar dan belajar. Ayo kita kembangkan potensi terbaik kita," ujar Risma.

Selain trem dan monorel, problem yang menjadi bahasan dalam pertemuan Wali Kota Risma dan perwakilan Bank Dunia tersebut adalah menuntaskan masalah perumahan dengan fokus pada pembangunan hunian vertikal untuk membantu masyarakat miskin. Juga pada penyediaan air bersih karena selama ini masih ada warga yang belum bisa menikmati air bersih.

Bank Dunia juga akan memberikan bantuan berupa fasilitasi pelatihan untuk masalah perumahan, training public partnership (TPP) juga peningkatan sumber daya manusia (SDM). Caranya menfasilitasi dengan mengajak bermitra dengan Universitas di Singapura untuk memberikan pelatihan terhadap staf-staf pemkot mulai Oktober 2013.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com