Ritual diadakan dengan prosesi arak-arakan dari Kelenteng Tay Kak Sie menuju Klenteng Sam Poo Kong. Berbagai macam atribut dikenakan untuk memperingati kedatangan Laksamana Cheng Ho di Nusantara sekitar abad XV.
Arak-arakan dua liong mengiringi perjalanan menuju sejumlah kelenteng di sekitar pecinan. Dalam setiap pemberhentiannya, warga keturunan Tionghoa menyambutnya dengan memberikan sejumlah persembahan dan doa.
Patung Kongco Sampoo Tay Djien atau Cheng Ho tersebut bagi warga Tionghoa juga memberikan makna penting selain sejarahnya. Mereka bersembahyang memohon berkah dan rezeki yang berlimpah.
Sosok Cheng Ho yang Muslim menjadi gambaran toleransi saat itu. Sementara bagi warga Tionghoa, Cheng Ho hadir sebagai sosok yang sangat dihormati sebagai dewa.
Dari berbagai catatan sejarah juga menyebutkan Cheng Ho pernah mengunjungi Kerajaan Majapahit sekitar abad XV. Diperkirakan Cheng Ho juga singgah di pesisir pantai utara Jawa, khususnya wilayah Simongan Gedung Batu pada tahun 1416. Jejak Cheng Ho di Simongan telah berdiri Klenteng terbesar di Jawa Tengah, yaitu Sam Poo Kong.
Sampai saat ini muhibahnya Cheng Ho hingga sampai di Semarang selalu diperingati secara meriah. Napak tilas perjalanannya kembali dirangkai dalam sebuah tradisi yang hingga sampai saat ini masih dipertahankan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.