Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Matinya 26 Badak Jawa di Ujung Kulon oleh Pemburu, Culanya Dijual ke Pasar Gelap Internasional

Kompas.com - 06/06/2024, 07:12 WIB
Rachmawati

Editor

Sejauh ini, polisi belum melakukan pencarian penjualan cula ilegal tersebut ke China karena masih fokus melakukan penyelidikan dan penyidikan di taman nasional.

Hanya saja polisi mengeklaim telah menangkap dua orang yang diduga menjadi penghubung atau calo penjualan cula badak dari Indonesia ke China.

Baca juga: Bunuh Badak dan Jual Culanya, Warga Pandeglang Dituntut 5 Tahun Penjara

Calo cula badak itu disebut merupakan warga negara China.

"Sebelumnya sudah diamankan yang menjual sampai ke China. Nilainya yang paling mahal dijual ke China, untuk obat dan kosmetik. Orang China-nya ada dua (yang ditangkap). Di China ada pasar yang belum kami amankan," jelas Dirkrimum Polda Banten, Kombes Pol Yudhis Wibisana.

Untuk diketahui, pada April 2024 lalu Polda Banten juga telah menangkap tiga orang, yakni pemburu berinisial N, pembeli berinisial W, dan Y selaku penghubung atau calo dari N ke W.

Dari pengakuan N diketahui dia sudah membunuh enam badak bercula satu di TNUK.

Cula badak hasil perburuan tersebut dihargai Rp200 juta sampai Rp500 juta.

Mereka pun dikenakan Pasal 40 ayat 2, juncto Pasal 21 ayat 2 UU nomor 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya dengan ancaman lima tahun penjara.

Bagaimana modus pelaku?

Ketua Auriga Nusantara, Timer Manurung, meyakini para pemburu cula badak Jawa ini adalah pemburu profesional badak Sumatra yang belakangan mengincar badak Jawa.

Pasalnya populasi badak Sumatra juga menyusut drastis, bahkan di Lampung hampir dipastikan sudah punah kecuali yang berada di Taman Nasional Way Kambas.

Kondisi itu membuat para pemburu akhirnya beralih ke Ujung Kulon yang jaraknya relatif dekat.

"Ini yang jadi soal karena kita tidak pernah mendengar penangkapan pemburu badak di Sumatra," ujar Timer Manurung kepada BBC News Indonesia, Senin (03/06).

"Makanya kalau [kasus di TNUK] tidak ditangkap pembeli dan pemodalnya, tinggal menunggu waktu akan ada badak yang mati. Karena otak pelakunya dibiarkan."

Baca juga: Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Perkiraan Auriga Nusantara, jumlah badak Jawa di TNUK sebelum tahun 2020 tersisa 60-an ekor. Jumlah itu sebetulnya berkurang dari tahun ke tahun.

Pada April 2023, Auriga pernah melaporkan 15 ekor badak Jawa di TNUK hilang alias tidak terpantau sejak tiga tahun terakhir. Lembaga ini menduga kuat, hilangnya belasan badak itu berkaitan dengan meningkatnya aktivitas perburuan liar di kawasan tersebut.

Selain itu sebanyak tiga badak yang terdiri dari satu jantan dan dua betina juga ditemukan mati pada tahun 2020 dan 2021.

Itu mengapa, Timer memercayai temuan Polda Banten yang menyebut 26 badak Jawa telah mati di tangan pemburu liar.

Pasalnya sejak tahun 2020 atau ketika Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memutus kerja sama dengan WWF Indonesia kegiatan patroli terbengkalai.

Baca juga: 2 Pembeli Cula Badak Taman Nasional Ujung Kulon Ditangkap

"Karena orang bebas masuk, enggak ada pengawasan. Ujung Kulon kan tepi laut, orang bisa sandar perahu di mana saja. Kalau tidak ada yang patroli, ya bisa-bisa aja [masuk]."

"Perlu diketahui, kegiatan teknis konservasi di taman nasional biasanya dilakukan mitra-mitra KLHK atau NGO seperti WWF Indonesia. Saat WWF Indonesia [diusir], konservasi dan patroli enggak ada."

"Sekarang ALeRT Indonesia mencoba mengisi kekosongan itu, tapi kan sudah kadung mati badaknya."

Timer juga menyebut para pemburu biasanya membunuh hewan yang terancam punah ini dengan cara ditembak.

Lalu mengambil culanya, lantas bangkainya dicincang dan dikubur. Itu mengapa jasadnya tidak ditemukan.

"Itu cerita dari pemburu, mereka bagi-bagi tugas, ada yang menembak, mengambil cula, dan mengubur. Jadi ini sudah menjadi kejahatan yang terorganisir," ungkap Timer.

"Karena sebelum-sebelumnya kalau ada badak mati, pasti ketemu jasadnya. Artinya cula badak tidak dicuri."

Baca juga: Keberhasilan Hamil Bayi Tabung Badak Pertama di Dunia Cegah Kepunahan

Kasus kematian badak terbesar

Induk Badak bernama Kasih dilaporkan melahirkan satu anak badak baru di Taman Nasional Ujung Kulon.Dok. TNUK Induk Badak bernama Kasih dilaporkan melahirkan satu anak badak baru di Taman Nasional Ujung Kulon.
Timer Manurung menyebut kematian 26 badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) menjadi yang terbesar jika merujuk pada populasinya yang semakin menyusut.

Dia khawatir, dari 26 badak yang mati itu di antaranya ada yang berjenis kelamin betina. Sebab kalau ada badak betina yang menjadi korban pemburu liar sudah pasti mengancam upaya pelestarian badak Jawa.

"Makanya harus dicek yang 26 ini jenis kelamin apa, umur berapa, dan apakah badak produktif?"

"Lalu hitung ulang berapa yang tersisa, karena itu bisa menentukan berapa nanti yang bisa diharapkan kelahiran per tahun."

Baca juga: Pemburu Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon Ditangkap

"Kalau betina sampai ada yang mati, maka persoalannya untuk bereproduksi menjadi masalah. Selesai sudah Ujung Kulon, enggak ada lagi yang bisa melahirkan."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hinca Pandjaitan Laporkan Dugaan Korupsi di Pertamina Hulu Rokan ke Kejati Riau

Hinca Pandjaitan Laporkan Dugaan Korupsi di Pertamina Hulu Rokan ke Kejati Riau

Regional
Mengenal Suntiang, Hiasan Kepala Pengantin Wanita Minang

Mengenal Suntiang, Hiasan Kepala Pengantin Wanita Minang

Regional
Marshel Widianto Maju di Pilkada Tangsel agar Petahana Tak Lawan Kotak Kosong

Marshel Widianto Maju di Pilkada Tangsel agar Petahana Tak Lawan Kotak Kosong

Regional
Mengintip Tugas Pantarlih, Deni Grogi Lakukan Coklit Bupati Semarang Ngesti Nugraha

Mengintip Tugas Pantarlih, Deni Grogi Lakukan Coklit Bupati Semarang Ngesti Nugraha

Regional
Petugas Pantarlih di Banten Bisa Data via 'Video Call' jika Pemilih Sibuk

Petugas Pantarlih di Banten Bisa Data via "Video Call" jika Pemilih Sibuk

Regional
Panggung Teater sebagai Jalan Hidup

Panggung Teater sebagai Jalan Hidup

Regional
Di Hari Anti Narkotika Internasional, Pj Gubri Terima Penghargaan P4GN dari BNN RI

Di Hari Anti Narkotika Internasional, Pj Gubri Terima Penghargaan P4GN dari BNN RI

Regional
Menilik Kampung Mangoet, Sentra Pengasapan Ikan Terbesar di Kota Semarang

Menilik Kampung Mangoet, Sentra Pengasapan Ikan Terbesar di Kota Semarang

Regional
7 Jemaah Haji Asal Kebumen Meninggal di Mekkah, Kemenag Pastikan Pengurusan Asuransi

7 Jemaah Haji Asal Kebumen Meninggal di Mekkah, Kemenag Pastikan Pengurusan Asuransi

Regional
Mudahkan Akses Warga ke Puskesmas dan RS, Bupati HST Serahkan 3 Unit Ambulans Desa

Mudahkan Akses Warga ke Puskesmas dan RS, Bupati HST Serahkan 3 Unit Ambulans Desa

Regional
Polisi Sebut Remaja Penganiaya Ibu Kandung Alami Depresi

Polisi Sebut Remaja Penganiaya Ibu Kandung Alami Depresi

Regional
Jadi Kuli Bangunan di Blora, Pria Asal Kediri Ditemukan Tewas Tertimpa Tiang Pancang

Jadi Kuli Bangunan di Blora, Pria Asal Kediri Ditemukan Tewas Tertimpa Tiang Pancang

Regional
Orangtua yang Buang Bayi Perempuan di Depan Kapel Ende Ditangkap

Orangtua yang Buang Bayi Perempuan di Depan Kapel Ende Ditangkap

Regional
Program Pengentasan Stunting Pemkot Semarang Dapat Penghargaan dari PBB

Program Pengentasan Stunting Pemkot Semarang Dapat Penghargaan dari PBB

Regional
Alasan Pj Gubernur Nana Sebut Pilkada Serentak 2024 Lebih Rawan Dibanding Pilpres

Alasan Pj Gubernur Nana Sebut Pilkada Serentak 2024 Lebih Rawan Dibanding Pilpres

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com